Ayah, Benarkah Aku Anakmu?

Trinaya
Chapter #37

Bab 37 Menjenguk Hana di Rumah Sakit

Felicia tampak mondar-mandir di depan teras rumahnya. Gadis kecil itu mengetuk-ngetuk pelan ponsel. Hatinya seperti sedang bingung.

"Mba Hana ke mana, ya? Kenapa ponselnya tidak dapat dihubungi?" monolog Felicia dengan bingung.

Fakhri menghampiri karena melihat putrinya tampak gelisah. Pria tua itu hendak ke dapur. Akan tetapi, langkahnya terhenti melihat Felicia sedang mondar-mandir di pelataran.

"Felic, ada apa? Kamu tampak gelisah?" tanya pria tua itu dengan curiga.

"I--ini, Yah. Felic berusaha hubungi Mba Hana, tapi tidak bisa-bisa, sudah dua hari ini. Felic bingung, ada apa dengan Mba Hana?" jelas Felic sambil menunjuk ke arah ponselnya.

"Mungkin Hana sibuk. Kamu sabar, ya. Nanti pasti bisa. Ayah juga ingin bertemu dengan Hana," ucap Fakhri dengan lembut.

Pria tempramen yang suka menyiksa dan tidak pernah menganggap Hana ada itu, kini tampak peduli dengan gadis itu. Fakhri tidak lagi kesal juga marah jika Felicia menyebut nama Hana. Sepertinya, laki-laki tersebut sudah menyadari kesalahannya, terutama pada Hana selama ini.

"Iya, Yah. Kalau Felic sudah berhasil menghubungi Mba Hana, aku janji akan bawa Ayah menemuinya," ucap Felic menatap Fakhri dalam.

~~~

Setelah dua jam berusaha menghubungi Hana, akhirnya Felic bisa melakukannya. Hana menceritakan yang terjadi pada dirinya kepada Felicia. Meski awalnya ia tidak ingin mengatakannya. Takut membuat sang adik mencemaskan dirinya.

Namun, jika Hana tidak mengatakannya, Felicia akan salah paham pada dirinya. Pasti, gadis kecil itu akan menganggap Hana sudah melupakan dan tidak ingin lagi menemuinya.

Felicia terkejut mendengar cerita Hana, ia langsung gegas ke rumah sakit bersama Fakhri. Ingin menemui dan mengetahui kondisi Hana yang sebenarnya setelah Hana memberitahukan alamat rumah sakit tempat dirinya dirawat.

Setibanya di rumah sakit, mereka langsung gegas ke ruangan Hana. Memakai masker dan mensterilkan tangan dan pakaian sebelum masuk. Meski sudah tidak mengenakan pakaian khusus. Namun, tetap mengikuti protokol kesehatan karena kondisi Hana belum pulih sepenuhnya.

"Mba Hana!"

Felicia memekik sambil berjalan cepat ke arah Hana dan memeluk kakak terbaik dan tersayangnya itu. Tangis Felicia pun tidak dapat dibendung lagi.

Lihat selengkapnya