Sepi.
Sunyi.
Serta canggung.
Tak ada yang bersuara dari mereka, memakan sarapan dengan cepat lalu buru-buru keluar demi tak berada satu ruangan dengan penipu. Ya, orang itu sudah menipunya dengan kenyataan paling kejam yang bisa ia terima.
Sedang orang itu hanya menatap sendu, tak mampu menahan. Lengkap dengan denyutan nyeri dan sesak tak terima.
Ia mengalihkan tatapan pada piring yang sudah kosong, lalu menyorot pintu yang masih terbuka setengah. Dalam hati berdoa semoga anaknya selamat sampai sekolah.
***
"Rasil, jangan tidur ada Bu Intan." Bisiknya pelan.
"Nanti di marahin lho," katanya lagi dengan wajah yang di dekatkan.
"Ihh, Fika mau mesum." Seru gadis lain dengan kunciran kuda.