1 Mei 1998. Pagi hari. Agen 123 yang bercambang itu sudah tegap di kursinya. Direktur Intelijen Khusus Grup Z, DIGZ, lebih dikenal di luaran GZ (Badan Intelijen Khusus yang membidani fenomena supranatural), dipanggil dengan kode nama DIGZ, usia hampir pensiun, 53 tahun, humoris, cerdas karena lulusan terbaik Akademi Intelijen di Inggris, SAS (Security Among Security), serius mendengarkan laporan-laporan dari para komandan batalyon GZ.
"Apa sebenarnya kejadian ayam betina menelan anak kucing yang baru lahir hidup-hidup itu, Agen 123? Hanya kau yang belum memberikan laporan resmi kepada aku! Tolong, jangan kaututupi kenyataan yang terjadi! Ini tentang bencana negara! GZ dibentuk memang untuk mengantisipasi kejadian-kejadian ajaib dari seluruh penjuru negara ini! Agen 123, apa kaulupa saat pelatihan kau dulu ketika di Bogor? Harap prosedur tetap GZ dijalankan! Ini perintah!"
DIGZ yang ubannya penuh itu menggebrak meja rapat. Semua komandan batalyon GZ berlompatan bola matanya. Tegang. Semua cemas. Semua menunggu penjelasan Agen 123 yang seperti mengkeret cambang lebatnya. Semua tak percaya DIGZ sekarang berbeda dari DIGZ yang dahulu. DIGZ yang sekarang hilang kehumorisannya, angker, tidak seperti dulu yang suka membuat mereka tertawa belepotan ludah. Apalagi ketika itu, Agen 123 terkenang suatu hari penting ketika Pak Jenderal akan mengunjungi Bosnia. DIGZ bercanda dan bercerita ketika muda dulu pernah dikira mati. Agen 123 tertawa tertahan mengingat kenangan lucu itu sementara para agen lainnya heran melihat Agen 123 masih beku bersuara.
"Jadi, dulu, selepas aku tamat SMA, aku menganggur sebentar. Waktu itu, aku belum ada kepikiran ikut tes intelijen negara. Aku melamar pekerjaan di satu perusahaan mesin cetak di daerah Kalibaru. Waktu itu dibuka lowongan operator cetak poster-poster film Amerika. Aku diterima. Sebulan aku tes kerja pertama, dan Kepala Bagian Produksi senang dengan hasil kerjaku yang rapi dan teliti. Lalu aku ditugaskan ke Semarang untuk membantu mesin cetak cabang di sana yang ngadat. Tiga hari aku di sana. Mengoprek mesin cetak. Singkat cerita, saat di jalan sedang mendengarkan radio di mobil kantor, penyiar berita radio mengabarkan berita duka, "Intermezzo. Berita duka. Tuan DIGZ mati karena kecelakaan sebelum memasuki kota Semarang...." Aku kaget mendengarkan berita duka itu. Semua ciri-ciri korban kecelakaan secara fisik serupa dengan fisikku. Tinggi, warna kulit, hidung yang pesek, pipi yang ada tembong sebesar daun katu, dan gilanya lagi, korban bekerja di salah satu perusahaan percetakan di Kalibaru.
"Pasti ada kehebohan nanti, pikirku. Benar saja. Ketika aku pulang, dan esok pagi buta ke kantor, Kepala Bagian Produksi terkaget-kaget saat melihat aku. Tak biasa aku ke kantor sepagi itu. Pak Kepala Bagian Produksi adalah orang paling pertama yang selalu datang pertama di perusahaan itu. Tak ada orang-orang saat itu. Dia menjerit melihat aku dan terkencing di celana. Bahkan aku sudah jelaskan bahwa ini aku, masih hidup. Berita di radio itu salah alamat. Bukan aku yang mati kecelakaan. Tapi memang aku melihat banyak sisa karangan bunga di kantor. Bahkan di meja kerjaku, ada satu tulisan indah, "DIGZ, kami tahu kau baru bekerja di sini. Tapi memang mati muda itu indah seperti Chairil Anwar. Mati muda dan tak perlu tahu kesulitan-kesulitan manusia di dunia yang sia-sia. Selamat menempuh keabadian baru rekan yang humoris."
"Agen 123! Kok bengong?!" Brak! Kembali DIGZ menggebrak meja dan membuyarkan lamunan Agen 123.
Agen 123 membawahi Batalyon Timur, yang memegang kendali keamanan di bagian Timur negeri, mulai dari ujung Banten sampai ujung Banyuwangi. Dia lulusan terbaik GZ. Saat pendidikan dulu, dia teringat bagaimana DIGZ memberikan pelatihan yang hebat di dunia intelijen. Masih terngiang suara serak basah DIGZ ketika memberinya semangat saat ujian terakhir, ujian GZ paling keras dan brutal, ujian penentuan masuk tidaknya Agen 123 di Grup Intelijen elit negara ini. GZ dibentuk secara khusus oleh Pak Jenderal 25 tahun lalu. Saat itu Pak Jenderal mendapat tamu istimewa dari Amerika, seorang ahli intelijen yang memberikan pendapat bahwa perlu dibentuk suatu grup intelijen khusus yang membidangi masalah-masalah ajaib di dunia. Ahli intelijen Amerika itu mengingatkan Pak Jenderal bahwa KGB Rusia (KGB adalah dinas intelijen Uni Sovyet yang sangat keras dan ditakuti karena keahlian mereka menyusupkan para agennya di seluruh negara dunia) sudah membuat grup intelijen yang membidangi masalah-masalah supranatural. Mereka mengolah fenomena-fenomena ganjil di seluruh dunia untuk dianalisis menjadi satu informasi penting dan rahasia.
Setelah mendengarkan saksama penjelasan Ahli Intelijen Amerika itu, Pak Jenderal langsung memanggil Menteri Pertahanan untuk membentuk suatu grup intelijen yang khusus membidangi masalah-masalah aneh dan ganjil. Pak Jenderal menyatakan bahwa penting lebih dulu mengatasi kejadian-kejadian aneh dan menarik, seperti mengapa terjadi hujan es di daerah yang panas? Mengapa ada perempuan hamil yang perutnya dapat berbicara dan batuk-batuk? Mengapa ada ular belang berkepala tiga? Intinya, Pak Jenderal meyakini bahwa segala yang berbau takhyul, apapun itu, harus lebih dulu negara mendapatkannya, "Tolong kalian olah kejadian-kejadian aneh dan ganjil itu, ehm," perintah Pak Jenderal ditambah senyum khasnya. Suatu senyum misteri. Suatu senyum yang pertama kali diteliti oleh Menteri Pertahanan ketika membentuk Grup GZ. Suatu senyum Pak Jenderal yang mematikan. Sulit obatnya. Celoteh Pak Jenderal kepada DIGZ.
Akhirnya, setelah puas mengulangi berbagai kenangan dalam pikirannya, Agen 123 mulai berbicara:
"Aku merasa ayam betina yang menelan anak kucing bulat-bulat itu tidak seperti apa-apa. Aku pastikan, negeri ini akan baik-baik saja. Kalaupun terjadi sesuatu di luar nalar manusia, seperti wabah penyakit, virus, kegilaan mental, bencana ajaib, tidak seperti apa-apa. Kita sudah terbiasa menghadapi segala masa yang sulit, DIGZ."
DIGZ terdiam. Merenungi setiap kata yang terlontar dari bibir tebal Agen 123. Memang, di seluruh kegiatan para agen intelijen seluruh dunia, apalagi di bidang-bidang intelijen khusus seperti GZ ini, memahami setiap laporan yang keluar dari bibir para agen harus hati-hati dicermati. Karena setiap agen intelijen, ketika berbicara, 1+1 sama dengan 3, semacam pria dan wanita muda diberikan kebebasan berhubungan intim. Biasanya, menjadi 3 atau lebih setelah 9 bulan.
DIGZ hati-hati menanggapi penjelasan Agen 123.