Ayam Betina yang Menelan Anak Kucing Hidup-Hidup

brobin
Chapter #4

BAB- 3

Kami akui bahwa catatan kejadian-kejadian penting yang telah kami berikan sedikit di atas, mengubah perilaku seluruh penduduk negeri kami. Seperti pertarungan Agen 123 dan Agen 321. Tapi setidaknya, kami meyakini ada suatu gerak perubahan penting yang bakal terjadi. Sebagian penduduk negeri kami, berusaha menyikapi beberapa kejadian penting itu sebagai keadaan yang harus bersiap. Mereka berusaha menormalkan kekisruhan akibat berita kematian isteri Pak Jenderal, yang sekarang mulai dihubung-hubungkan dengan kejatuhan Pak Jenderal. 


Tapi masih banyak sebagian penduduk kami yang percaya bahwa senyum mistis Pak Jenderal ketika mengantarkan istrinya ke tempat peristirahatan terakhir di Imogiri, dan ketika itu, Pak Jenderal melemparkan satu seringai senyum yang lain ketika berpidato sambil menunjuk 2 lubang kuburan keluarga yang memang salah satunya telah dia persiapkan untuk dirinya, sebagai tanda bahwa Pak Jenderal tak ingin lagi berkuasa. Sementara, sebagian kecil penduduk kami lainnya mulai merasakan gejolak ingin perubahan yang cepat. Suatu perasaan sebagian kecil penduduk kami yang ingin keadilan yang merata. Suatu perasaan yang menurut kami wajar.


Pada tanggal 3 Mei 1998, DIGZ mulai mendapatkan banyak informasi kejanggalan-kejanggalan di berbagai wilayah. Agen 321 melaporkan bahwa semakin banyak penduduk memiliki ayam betina yang menelan hidup-hidup anak kucing yang baru lahir. 


"Penduduk kita mulai menyadari bahwa ayam betina mulai berani terhadap kucing. Aku merasa ini berbahaya," lapor Agen 321 di ruang kerja DIGZ. 


Selama DIGZ bertugas menjadi Direktur GZ, agaknya, sudah ribuan fenomena ganjil dia hadapi. Tapi semua fenomena ganjil itu kebohongan belaka. Tidak ada fenomena ganjil yang melebihi kepanikan seluruh agen intelijen khusus negara saat ini. Rumit sekali, batin DIGZ. 


"Apa kau tahu konsekuensi kejadian Ayam betina menelan anak kucing yang baru lahir hidup-hidup, heh?!" DIGZ menggerutu sambil matanya tak lepas membolak-balik data-data jumlah penduduk yang semakin banyak mengalami kejadian yang aneh itu. 


"DIGZ, ini sangat berbahaya. Sekarang, sebagian besar penduduk mulai datang kesadaran untuk membangkang!" timpal Agen 321 berapi-api. DIGZ menghela napas yang tadi tertahan. 


"Benar-benar aku tak menyangka ini semacam wabah influenza semasa tahun limapuluhan dulu. Menurut kau, apa tindakan terbaik yang dapat kita lakukan agar sebagian penduduk kita sadar bahwa tidak ada itu boleh membangkang?"


Agen 321 berdiri dan berjalan ke papan tulis putih. Dia mulai menggambarkan skenario kejadian yang akan datang. Dia mengambil dua spidol. Biru dan merah. 


"Ada dua lingkaran saling beririsan." Agen 321 mulai menggambar dua lingkaran. 


"Lingkaran biru adalah penduduk kita yang masih kuat mempercayai bahwa Pak Jenderal lama berkuasa. Lingkaran merah adalah sebagian lain penduduk kita yang percaya untuk membangkang. Nah. Sekarang tentang irisan di antara dua lingkaran itu. DIGZ, ini paling penting. Irisan itu makin membesar dan bakal menelan bulat-bulat dua lingkaran tadi."


DIGZ mengelus dahinya yang mulai berkeringat dengan saputangan. 


"Oke. Tapi kau belum menjawab apa pertanyaanku tadi!" BRAKKK! DIGZ berdiri dan menggebrak meja. DIGZ mulai emosi. Agen 321 tersenyum. 


"Sabar, DIGZ. Aku hanya menggambarkan bahwa irisan yang semakin besar itu adalah keuntungan bagi kita."


"Keuntungan besar? Apa maksud kau?"


"Kita biarkan saja! Biarkan saja chaos! Biarkan yang membela dan melawan saling menelan. Biarkan saja dan kita duduk manis sambil bertepuk-tangan melihat kejadian itu nanti." Agen 321 melemparkan spidol dan duduk. Tenang sekali. Seolah apa yang DIGZ takutkan dianggap angin lalu belaka. 


"Kau gila! Itu perang saudara! Gila!" Braaakkk!!! Kembali DIGZ menggebrak meja hingga tangannya kesemutan. Marah sekali melihat ketenangan Agen 321 yang seolah gembira melihat perang saudara. 


"Tidak! Aku tidak senang melihat perang saudara! Kau salah besar, DIGZ! Aku mati-matian membela kau dan Pak Jenderal! Apa kau tidak merasa bahwa Agen 123 menjadi kontra intelijen asing?!" Braaakkk!!! Agen 321 menggebrak meja lebih keras lagi. Dia berdiri dan berjalan ke arah jendela gedung berlantai 3 itu. DIGZ terkejut. Tak menyangka Agen 321 berani padanya.


"Agen 123 berhubungan intens dengan seorang wanita. Apa kau tahu wanita yang berprofesi sebagai peneliti biologi itu adalah antek-antek CIA? Ini kau lihat data-data wanita itu!" Agen 321 melemparkan satu map biru dari ransel merahnya. DIGZ membuka lembar pertama dan tak percaya. 


"Lita? Lita kontra intelijen CIA? Tidak! Tidak mungkin! Dia kekasih Agen 123. Lita dan Agen 123 kenal sejak kecil. Bapaknya petani. Ibunya pembatik. Keluarga GOLKAR. Fanatik. Tidak ada ekses keluarga mereka terkait GESTAPU. Keluarga bersih dan lulus screening kita!"


"Sudahlah, DIGZ. Aku sudah menelusuri siapa Lita. Dia berbahaya. Bahkan Agen 123 kesayangan kau itu malah membongkar identitasnya! Apa kaulupa Protokol 39?"


Lihat selengkapnya