Pupus sudah empat batang rokok, tapi yang di tunggunya belum muncul Tari mendengus kesal bisa-bisanya Tiana melanggar janjinya.
Mungkin ia ragu, jelas jalan yang akan di tempuh akan mengubah segalanya, hidupnya akan hancur pengorbanan diri dan masa depan adalah harga menyelamatkan nyawa sang ibundanya.
Tari menyulut puntung rokok, merasa greget dengan Tiana yang tak kunjung muncul batang hidungnya.
Sebelah sisi hatinya merasa kesal ia harus mengganti peran Tiana di atas ranjang terlanjur mengikat janji pada klien. Di sebelah sisinya lagi merasa sangat bersyukur malam ini Tiana tidak jatuh ke dalam lubang nista, cukup dirinya saja tidak usah ada perempuan-perempuan lain seperti dirinya pikiran seperti itu bukankah menandai diri masih ada secuil kebaikan.
"Hai sayang."
Barry muncul tiba-tiba, lalu merampas rokok yang baru saja di bakar Tari ini adalah batang rokok kelima, usai ia hisap sangat kuat lalu kepulan asap dari mulutnya di hembuskan ke Tari, Tari menghindar memalingkan wajahnya, tak cukup Barry tanpa izin, tanpa permisi mendaratkan ciuman di bibir lalu dengan nafsu memburu, menyosor leher jenjang kekasihnya sedangkan Tari yang kehilangan mood tidak merespon tapi tanpa penolakan Barry menjamah.
"Sayang gue kangen berat sama lo, gue pengen malam ini."
"Nggak bisa, gue punya klien malam ini," Tari bangkit tanpa peduli pada Barry setelah kliennya melambaikan tangan padanya.
"You bitch!"
Kepergian Tari menyisakan umpatan Barry. Fake smile ditunjukkan Tari pada pelanggannya lalu ia bersandar manja pada bahu pria paruh baya kliennya itu.
Makin malam makin semarak diskotik, alunan musik dari disk jokey kenamaan bergema, meski peluh di sekujur tubuh sukses menggiring pengunjung ber dance ria, tak terkecuali Nova ia hanyut di tambah ia telah mengonsumsi psikotropika membuatnya benar-benar mabuk.
Sedangkan dikamar hotel dengan bar di lantai dua Tari tak kalah berpeluh usai melayani pria hidung belang berdompet tebal.
Wanita cantik itu menggeliat tanpa busana ketika pria yang usianya jauh diatasnya menghujamkan sejumlah uang.
"Thank You om."
"Welcome honey, but, ingat janji kamu bawain yang benar-benar virgin."
"Of course Om," Tia menghitung dengan puas uang dari pelanggannya, jumlahnya banyak, jika hanya untuk makan maka cukup hingga tiga bulan.
***
Di kantin kampus Shifa dan Tiana duduk berdampingan menikmati makan siang, usai kejadian kemarin mereka jadi akrab bersahabat.
Nova dan Tari muncul
"Tia kemana aja loh? Tari sampai bete tau nungguin lo tadi malam."
"Maaf sa...
Ucapannya tertahan, rasa sedikit bersalah turut hadir. Tari gabung duduk di samping Tiana.
"Jadi sekarang kamu temenan sama si bebek perawan ini."