Shifa telah bangun dari tadi, jelang pagi, Shifa kembali memastikan kondisi Nova posisi tidurnya semalam telah berubah artinya ia telah siuman.
Ia meletakkan nampan berisi semangkuk bubur di atas nakas, lalu duduk di tepi ranjang mengguncang pelan bahu Nova untuk membangunkan.
"Nov... Nova apa kamu bisa bangun?"
Perlahan Nova membuka mata menatap langit-langit kamar lalu ke Shifa sejenak ia mengumpulkan seluruh kesadarannya.
"Shifa," Suaranya lemah, menatap Shifa heran, lalu kembali menatap langit-langit kamar yang asing baginya.
"Aku dimana?"
"Kamu di rumahku, kamu di kamarku sekarang."
Nova menatap lekat masih bingung penuturan Shifa.
"Tadi malam aku menemukanmu jatuh pingsan dijalan."
Pikirannya menerawang mencoba mengingat kembali apa yang dialaminya semalam. Dua bulir air mata jatuh merasakan penderitaan yang masih membekas di ingatan serta bekas cambuk itu masih perih.
Perlahan Shifa menghapus air mata di pelupuk mata Nova.
"Jangan khawatir kau aman sini, memang apa yang telah terjadi?"
"Dia memukuli ku Shifa!"
Tangisnya semakin menjadi, Shifa menyesali pertanyaannya barusan, perlahan ia lebih mendekat dan mendekap Nova memberi rasa aman.
"Jangan diingat lagi anggap saja itu mimpi buruk yang sudah berakhir," mengusap pelan bahu Nova dan berhasil, Nova akhirnya tenang.
"Terimakasih Shifa kau menolongku."
"Hmm..., Sekarang kamu makan ya, aku sudah buat bubur untukmu semoga kondisimu cepat pulih," Shifa menyodorkan semangkuk bubur lalu keluar dari kamar hendak beraktifitas lain.
****
Ketukan pintu memecah fokus Shifa di layar laptop siapa gerangan berkunjung, sedang hari ini tidak ada janji selain memberi les privat, ia bergegas membuka pintu dan ternyata dua gadis berkunjung mereka Tari dan Tiana.
"Shifa, bagaimana keadaan Nova?" Tanya Tari yang nampak kecemasannya.
"Dia sudah membaik sedang istirahat di kamarku."
"Aku mau bertemu!"
Tanpa izin pada yang empunya rumah Tari masuk terus ke kamar Shifa tempat sahabatnya terbaring, melihat itu Tiana menggeleng sikap menyambangi rumah orang Tari kurang sopan.
"Maaf ya Shifa Tari memaksa untuk mengantarnya kesini. Menyesali perbuatan Tari
"Tidak apa masuklah,"
Ia menatap iba pada sahabatnya, sedang Nova masih terlelap, ia baru terbangun merasa terusik ketika Tari memegang punggung tangannya.
"Nova bagaimana keadaanmu sayang?"
"Tari kamu disini," Jawabnya lemah.
"Setelah aku baca pesan darimu aku bergegas kesini,"
Tiana masuk disusul Shifa membawa soft drink dalam baki.
"Bahkan aku sedikit memaksa Tiana mengantarku kesini,"
"Bagaimana keadaanmu Nova?Tanya Tiana iba melihat luka yang masih membekas.
"Aku sudah baikan, Shifa merawat ku dengan baik untung ada dia jika tidak entah bagaimana nasibku malam tadi,"
"Seharusnya aku membawamu ke rumah sakit supaya perawatan mu lebih baik," timpal Shifa.
"Jika aku di rumah sakit mungkin aku belum sebaik ini sekarang," Sanggah Nova.