Ayam Kampus Story

Sukma Maddi
Chapter #8

CuTime

"Datang saja kapanpun kamu mau."

Kata dari Shifa itu masih terngiang di benak Tari, ucapan itu mengurangi sedikit rasa sungkannya untuk kembali ke rumah Shifa dan bertemu perempuan penyejuk hati.

Shifa tengah memasak lalu sejenak menjeda mendengar ketukan pintu, ternyata Tari yang datang, ia terlihat kacau, wajah pucat, lingkar mata hitam serta rambut kusut tak karuan, semenjak kenal Tari mungkin ini penampilan terburuk Tari yang pernah di lihat Shifa, bukankah masih pagi? biasanya pagi hari baik tubuh yang segar bugar dan penampilan yang rapi.

"Tari kamu kenapa?"

"Aku lagi kacau, tapi jangan tanya dulu Shifa biarkan aku tidur,"

"Baiklah, ayo masuk,"

Shifa hanya tertegun melihat Tari jalan sempoyongan hingga hilang dari pandangan di balik dinding kamarnya, Shifa kembali ke dapur membuat teh mint mungkin segelas teh membantu Tari semangat lagi,

dalam kamar Tari tidaklah tidur seperti yang ia bilang tadi, tapi duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong menembus jendela, matanya tak pernah kering ia menangis hingga tak menyadari adanya Shifa yang menatapnya iba.

"Ada apa denganmu Tari?"

Tak ada respon dari Tari sekali lagi Shifa memanggil dengan jarak lebih dekat namun masih tanpa respon Shifa mengusap bahu Tari akhirnya tatapan beralih ke Shifa lalu menjatuhkan kepala di pelukan Shifa.

"Ada apa Tar?"

"Rasanya hidupku tidak lagi layak disebut hidup,"

"Apa yang terjadi sayang? Bicaralah masalah yang di pendam sendiri itu tidak enak," bujuk Shifa

"Aku..."

Tari sambil terisak, sang gadis malang menceritakan apa yang di alaminya tadi malam, tentang perlakuan tidak manusiawi terhadap dirinya, tentang penyesalan yang dia rasakan kini, tentang inginnya ia lepas dari dunia prostitusi, sebenarnya semua cerita tabu bagi Shifa ia tidak tau seluk beluk dunia itu, sekarang hanya menjadi pendengar yang baik.

Kesedihan bersemayam di hati Shifa ia juga merasai betapa gadis dalam dekapannya sangat menderita, jiwa raga terjajah oleh manusia laknat tak berperasaan.

Shifa melepaskan dekapannya tatkala kembali mendengar pintu diketuk.

"Itu pasti Nova, dia khawatir sama kamu gak ada kabar jadi waktu kamu datang kesini cepat-cepat saya kirim pesan,"

"Nggak apa-apa Shifa,"

"Saya buka pintunya dulu,"

Yang berkunjung bukan hanya Nova saja tapi ada Tiana mereka dengan muka khawatir.

"Ngapain Tari kesini, kalau Barry tau lo juga bakal kena getah, Shifa," ucapnya panik.

"Waalaikum salam."

Nova tersenyum kecut. Well, berapa lama waktu berteman apa belum cukup mengenal Shifa perempuan mendekati perfeksionis, tatakrama dan aturan ketimbang dirinya yang serba nyerobot

Shifa mengangkat bahu pasrah, juga tak tau harus apa, tidak mungkin melarang Tari bertandang atau mengabaikan Tari yang butuh teman cerita.

Nova dan Tiana ke kamar menemui Tari mereka masih belum tau apa yang di alami sahabatnya, kemarin mereka hanya tau Tari di rumah Shifa untuk menghindari Barry, kini Tari sangat down, cerianya hilang.

Sementara Shifa kembali melanjutkan masakan membuat porsi lebih untuk kedua sahabatnya yang baru datang.

Sesaat bergulat sendiri di dapur makanan terhidang Shifa tersenyum di pandangi puas hasil masakannya di dapur, lalu beranjak hendak memanggil bersantap jamuan bersama ketiga sahabatnya.

Lekungan kecil telah tergambar di wajah Tari entah itu senyuman yang di paksa atau senyum alami menggambar suasana hatinya atau apapun itu semoga Tari kembali ceria, ini tidak mudah bagi siapapun seiring berjalannya waktu, mereka harus mencari solusi masalah Barry.


"Eh... Shifa, sini,"

Nova menarik tangan Shifa mengajak gabung ke obrolan mereka.

"Kemarin gue ketemu profesor Razan," tukas Nova

Lihat selengkapnya