Ayam Kampus Story

Sukma Maddi
Chapter #9

Prahara

Pulasan akhir adalah highlighter untuk memberi kesan glowing di wajah Shifa.

"Gila! Ini lo baru belajar hasilnya sebagus ini," Seru Tiana semangat

Nova dan Shifa menatap pantulan wajah di cermin, ada rasa takjub Shifa baru pertama kali memoles wajahnya seperti ini, pun karena paksaan Nova menjadikan wajahnya sebagai kanvas pembelajaran.

"Wah, bebek perawan cantik juga habis di rias,"

Shifa hanya tersenyum kecut mengingat betapa ia menolak wajahnya menjadi objek.

"Ya tetap aja aku gak suka dempulan berlapis," ucap Shifa.

Dua, tiga kali Nova memotret wajah Shifa, lalu mengamati untuk memilih satu gambar yang menurutnya terbaik.

"First post for instagram, jadi salon kita bakal punya akun sendiri buat promosi,"

"Semoga sukses ya," ujar Shifa

Beranjak dari dunia malam, Nova banting setir mencoba peruntungan bisnis ia dan Tari membuka salon kecantikan, kepiawaian Nova bukan hanya merias diri sendiri namun juga pada orang lain kemampuannya semakin ia asah dengan mengikuti kelas khusus merias.

Itu saran dari Shifa mendengar ketidak sanggupan Nova dan Tari bekerja di perusahaan orang selain berbentur dengan jam kuliah, gaji juga dirasakan tidak cukup.

"Gue ke kampus dulu guys, Tari ntar lagi datang gantiin, gue nitip salon ya Shifa, Tia," Pamitnya

"Oke,"

Jawab Tiana singkat sedangkan Shifa hanya mengangguk, Nova mengambil tas di atas nakas lalu melambaikan tangan sebelum pergi meninggalkan dua sahabatnya.

***

Merokok tanpa henti belum pupus sebatang ia membakar lagi lalu di hisap dalam batang rokok yang baru saja di bakar, berdiri gelisah entah berapa lama Gery berdiri di ambang gerbang kampus sesekali ia celingukan ke dalam area kampus menoleh kiri-kanan seperti mencari atau menunggu seseorang.

Menyunggingkan senyum sambil menghempaskan rokok yang baru di bakar ketika melihat seseorang yang baru saja turun dari taksi, ia segera menghampiri.

"Nova,"

Nova menoleh ke sumber suara yang memanggilnya.

"Bang Gery, ada apa lagi sih Bang, sudah kubilang jangan sering samperin gue di kampus,"

"Lo nggak pernah angkat telpon gue Nova,"

"Kalau Abang telpon sekedar kasih klien, maaf bang gue gak di pekerjaan itu lagi,"

"Gak semudah itu lo berhenti,"

"Apa maksud Abang?"

"Pokoknya lo harus mau terima klien,"

"Abang gak dengar, gue sudah berhenti Bang! Tidak selamanya gue harus hidup di pekerjaan itu, gue mau hidup lebih baik."

"Hidup tidak akan baik tanpa uang Nova,"

"Gue akan tetap berpenghasilan, tanpa prostitusi lagi,"

Nova ingin cepat pergi, emosinya mulai meninggi tak ingin Gery terus memaksa.

Lihat selengkapnya