Kondisi terdesak bikin nekad, mungkin itulah yang di alami Tiana saat ini, bukan lagi Jefry yang sibuk mengejarnya seperti kemarin-kemarin tapi sebaliknya Tiana justru ajak bertemu.
Segala macam pikiran, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi ataupun dampak coba ia kesampingkan demi tujuan mendapatkan uang dengan segera.
Bukankah Jefry berulang kali menyatakan ketertarikannya hal itu bisa di manfaatkan Tiana, apalagi Jefry sempat menawarnya one night.
Sore ini Tiana tiba di taman kota tempat janji temu dengan Jefry, Tiana gugup menghampiri.
Tak mampu memulai ucapan, ia diam menatap Jefry
"Ada apa Tia, kenapa tiba-tiba ajak ketemu?"
Tiana gugup ia tak bisa beradu pandang dengan Jefry.
"Aku butuh uang Jef," ucapnya gugup.
Jefry menyipitkan mata menatap Tiana mencari kejelasan ia sempat menyesal telah menghina Tiana, tapi kini ia justru semakin bingung
"Beri aku sejumlah uang,"
Jefry tersenyum miring mulai memahami arah pembicaraan, ia mengintari mengelilingi Tiana dengan wajah dan gestur yang kembali merendahkan tatapannya tak jauh dari dada dan bibir Tiana.
Lagi-lagi Tiana tidak peduli hinaan, tak peduli apapun ucapan dan penilaian Jefry pada akhirnya.
"Kenapa Tia?"
"Aku butuh uang, aku sangat terdesak."
"Iya, aku mengerti semua orang butuh uang, tapi sebagai imbalannya apa yang aku dapat."
"Jef, aku bermaksud hanya meminjam," ucap Tiana gugup.
"Tidak, aku tidak meminjamkan uang, aku hanya mau imbalan tapi itu bukan uang."
"Uang itu untuk bia..."
"Aku tidak peduli alasanmu, ada imbalan maka ada uang."
Diam, betapa Tiana tau apa yang Jefry inginkan darinya, sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tak jatuh.
"Aku mau cicipi tubuhmu." Ucapnya tanpa basa-basi lagi.
Tiana mememjamkan matanya sekuat hati menahan hinaan. Kini hati Jefry telah benar-benar tertutup untuk memahami tentang apa yang dilalui gadis ini, tanpa memberi jeda untuk Tiana menjelaskan maksudnya.