Usai
Jefry melihat bercak darah di seprai putih hasil dari perbuatan iblisnya, lalu berganti melihat Tiana yang kesakitan hanya air mata tanpa henti berderai, tak dapat di kira kadar penderitaan sang gadis malang.
Raut wajah Jefry berubah, tatapannya sendu ke Tiana wanita tempat ia lampiaskan hasratnya.
Tuhan, apa yang barusan aku lakukan? Baru saja aku menodai gadis ini, aku menghancurkannya! Sesal hatinya mendapati kemurnian Tiana yang sudah ia rusak
"Maafkan aku Tia!"
Di tepis Tia ketika tangan Jefry mencoba mengusap bahunya
"Aku benar-benar minta maaf, aku nggak tau kalau..."
Tak ingin mendengar kata sesal Jefry, ia memunguti pakaian lalu ke toilet, tubuh lelah dan sakit terlihat jelas kala ia berjalan sempoyongan. Di cermin kamar mandi ia menatap dirinya di cermin. Berantakan, rambut kusut, mata bengkak karena banyak menangis, belum lagi tanda merah di leher yang disisa Jefry membuatnya sangat jijik dengan diri- sendiri. Usai berbenah keluar dan mendapati Jefry juga sudah rapi. Meraih uang di atas nakas memasukkan ke dalam tas, uang pemberian Jefry dengan cucuran air mata dan hati hancur, ia sukses menjual diri, lalu pergi tanpa berpaling ke arah Jefry.
Rasa bersalah mendera Jefry, tidak seharusnya seperti ini, pertanyaan berkecamuk demi apa Tiana mau melakukan itu? meski sesungguhnya Tiana tak menginginkan tergambar jelas ia tak henti menangis.
Keluar hotel Tiana menyetop taksi dan intruksi ke alamat rumah sakit, sedangkan Jefry berusaha mengejar Tiana.
Di lorong rumah sakit perawat menatapnya iba. Ibunya adalah langganan di rumah sakit itu membuat Tiana saling mengenal beberapa orang Perawat dan Dokter.
Tiana duduk lesu di kursi depan kamar ibunya, ia harus menguatkan hati terlebih dahulu lalu masuk kamar perawatan ibu, ia telah mendapatkan uang, ibunya akan segera pulih, Tiana menatap perawat yang juga menatapnya sedih.
"Sabar ya mbak, ibu sudah nggak sakit lagi,"
Apa arti ucapan perawat barusan, ibu sudah nggak sakit lagi? Tiana menelaah ucapan barusan. Ia segera bergegas ke kamar ibunya.
Ia melihat perawat baru saja menutup jenazah ibunya dengan kain putih.
Syok, ia menghampiri ingin memastikan sendiri hal yang tidak ia di inginkan. Tapi benar adanya ibunya telah tiada, kepergian ibundanya membuat dunia Tiana seketika gelap gulita, ia jatuh pingsan.
Tak percaya bahwa ibunya telah pergi selamanya, orang yang paling di kasihi dan di cintainya. Dan yang paling menyesakkan bahwa pengorbanan dengan menggadaikan ke suciannya berakhir sia-sia.
Semua kepedihan Tiana terungkap, Jefry menyaksikan sendiri betapa menderitanya Tiana saat ini kehilangan sosok ibu, Jefry menggendong Tiana yang pingsan. Lalu sesaat kemudian salah satu staf rumah sakit menghampirinya memberi daftar tagihan rumah sakit. Jefry menggenggam kertas itu dengan perasaan tak karuan.
*
Nova mengusap bahu Tiana maksud menguatkan, mereka kini di hadapan gundukan tanah merah, mereka berada di pemakaman, Tiana, Nova dan Tari menabur bunga sebagian pelayat meninggalkan area pemakaman sedangkan Tiana terlihat enggan beranjak tatapannya kosong ke arah pusara sang ibu.