Semua jelas berbeda tanpa Shifa. Mungkin Nova tanpa Shifa masih di profesi dunia malam, ragu untuk mengeksplor diri, yang sebenarnya ia berbakat merias, mempercantik wajahku orang lain, buktinya dari belajar otodidak kini mengambil kelas untuk menambah ilmunya dan sedikit demi sedikit menggapai mimpi menjadi make-up artist profesional yang punya banyak pelanggan.
Mungkin Tari juga demikian jika tanpa Shifa ia tetap manusia yang tak punya arah tanpa mengenal Tuhan kini ia seorang muslimah dan mencoba peruntungan di bisnis fashion dengan mendesain busana syar'i. Ya! Mimpi Tari menjadi menjadi fashion designer.
Kedua sahabatnya kini menemukan passion masing-masing
Satu lagi sahabatnya ialah Tiana gadis yang usianya paling muda, entah berapa kali sudah Shifa menolongnya mulai mencegahnya terjun sebagai wanita penghibur hingga selalu membantu keuangan serta merawat almarhum ibunya.
Gadis-gadis itu berada di salon kebetulan tengah hari ini lagi kosong pelanggan, mereka tanpa kesibukan membuat larut dalam pikiran masing-masing. Namun dalam diam, mereka sebenarnya memikirkan Shifa.
Pertanyaan, dimana Shifa? Seperti tak satupun mengetahui keberadaannya, menghubungi ponselnya pun tidak tersambung. Tidak biasanya ketika di butuhkan ia tak ada.
Sama ketika ibu Tiana meninggal seminggu yang lalu Shifa juga tak muncul.
"Tia di luar ada Jefry cariin lo," Nova memberi informasi keberadaan Jefry.
"Dari mana dia tau kalau aku disini?"
Tiana beranjak malas menemui Jefry, Tari dan Nova saling pandang tak mengerti akan kedatangan Jefry mencari Tia, mereka juga tidak tau kaitan mereka berdua.
Melihat Jefry, Tiana menyambangi langsung masuk ke mobil, bicara dalam mobil lebih bebas berdua membahas apapun.
"Ada apa! Ngapain lo kesini?"
"Gue nggak bisa berhenti mikirin lo."
"Terus?"
"Kasih gue kesempatan untuk menebus kesalahan."
"Sudahlah Jef. Kejadian malam itu bukan kesalahan lo sepenuhnya, gue yang datang nawarin diri. Sekarang gue coba melupakan tapi jangan buat gue sulit dengan lo selalu nyamperin."
"Gue nggak bisa Tia, gue sayang banget sama lo."
Dari sakunya Jefry mengeluarkan sebuah kotak dan bisa di tebak itu adalah kotak cincin, lalu di sodorkan di hadapan Tiana.
"Menikahlah denganku Tia."