AYM

Ismahayati
Chapter #1

Luka lama yang terbuka

Kepenatan langkah kaki Arini, mengantarkan dirinya ke sekolah tempat teman baiknya mengajar. Entah apa yang membuat dunia Arini terasa lebih hampa dari sebelumnya. Padahal, dia sudah mengalami kehidupan seperti ini selama sepuluh tahun. Kehidupan yang telah berubah seratus delapan puluh derajat.

“Melani… Mel… tolong aku, Mel.” Suara teriakan perempuan itu membangunkan lamunan Arini yang sedang duduk menunggu teman baiknya itu.

“Ada apa, sayang?” perempuan yang namanya dipanggil pun membelai lembut punggungnya yang tiba-tiba datang memeluknya. “Tenang, Ma. Coba kita bicara pelan-pelannya.” Perempuan manis berhijab itu, menuntun Wanita yang menangis itu untuk duduk di samping Arini. Dia pun sempat memberikan senyuman ringan ke arah Arini sebagai sapanya.

“Mel… hik… Mel… tolong aku, Mel.” Dalam isak, dia hanya bisa mengatakan hal yang sama.

“Coba minum dulu ya, Ma. Kalau sudah tenang, kamu bisa cerita ke aku ya, sayang,” ucap Melani.

Setelah menarik napas, perempuan itu pun meneguk minuman yang dibawa oleh temannya itu. “Mel, Aa Nanang, Mel. Aa Nanang semakin menjadi-jadi sikapnya ke aku. Aku jadi bingung harus bagaimana?” perempuan itu pun mulai bercerita dengan menghapus air matanya yang terus mengalir.

“Kenapa lagi Aa Nanang kamu, Ma. Dia kan udah mau berubah katanya kan.” Melani juga terlihat terkejut.

“Cuma bertahan sebentar, Mel. Seminggu ini, dia mulai dekat lagi sama perempuan itu.” Sedihnya itu pun berubah jadi amarah. “Bahkan, si Linda itu dia… dia….”

“Kenapa dia?” Melihat temannya tidak kunjung melanjutkan ucapannya, Melani pun terlihat tidak sabar.

“Dia tadi ngelabrak aku, Mel.” Dalam ragu, dia tetap mengatakannya.

“Tapi, kamu kan gurunya. Kamu enggak bisa nasehatin dia?” ucap Melani dengan nada sedikit emosi. “Kalau emang kamu enggak bisa nasehatin dia, biar aku nanti yang coba pendekatan ke dia.”

“Ja… jangan, Mel. Bisa makin parah nanti.” Dia malah menahan keinginan Melani yang merupakan guru Linda juga, untuk memberikan sedikit nasehat kepadanya.

“Kamu gimana sih, Ma. Aku kan cuma mau kasih nasehat ke dia,” lanjut Melani.

“Lebih baik jangan. Nanti malah A Nanang yang jadi tambah marah ke aku. Dia pasti bilang, kalau aku cerita ke kamu, Mel.” Perempuan itu tetap melarang Melani dengan niatnya itu.

“Trus, kamu maunya gimana?” tanya Melani yang kehabisan cara untuk menyelesaikan masalah ini.

“Sebenarnya aku juga bingung, Mel. Apalagi sekarang aku lagi hamil,” ucap lerihnya sambil mengusap pelan perutnya yang masih belum terlihat.

“Iya, benar. Kamu memang harus jaga anak kamu ini baik-baik.” Melani yang teringat keadaan temannya pun mulai terlihat tenang.

“Demi dia, aku mau sabar aja, Mel.” Air matanya mulai mengalir kembali, dan terdiam sejenak dalam kesedihannya. “Aku cerita ke kamu, biar aku ngerasa lebih lega aja, Mel. Aku bisa nangis di depan kamu. Aku bisa bilang semua yang aku rasakan. Cuma kamu tempat aku bisa lari. Bahkan, aku enggak bisa cerita ini semua ke orangtua aku, Mel.”

Lihat selengkapnya