AYM

Ismahayati
Chapter #3

Sah Juga

“Saya terima nikah dan kawinnya, Arini Kamilia Indah binti Muhammad Adi Wiryono dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.” Yudha mengucapkannya dengan sekali napas.

Seluruh ruangan pun bersorak “Alhamdulillah.” Setelah penghulu menyatakan pernikahan mereka sah. Kebahagian semakin terlihat di antara dua belah pihak. Begitu pun dengan perasaan Yudha. Ada sesuatu kelegaan di hatinya. Beban yang seolah menekan tubuhnya selama ini, tiba-tiba menghilang begitu saja.

Tiga bulan setelah Yudha mengiyakan ajakan menikah kekasihnya tiu, membuat hari ini pun terjadi. Memang terlihat seolah terburu-buru. Walau, jauh di hati kecilnya masih ada perasaan yang mengganjal.

Apakah semua ini benar?

Apakah ini tidak terlalu terburu-buru?

Apakah Arini memang jodoh yang tepat buatnya?

Masih banyak pertanyaan yang menghantui pikirannya. Meski begitu, dia berusaha untuk menghilangkan semuanya. Yudha berusaha untuk menepis semua pikiran negatifnya, dan merubahnya menjadi hal-hal yang menyenangkan. Apalagi setelah pengantin perempuannya itu keluar dari kamar dan duduk di sampingnya. Hati lelaki tertampan saat itu pun langsung semuringah.

Perempuan yang menjadi primadona kampusnya, kini menjadi pasangan hidupnya. Tentu, kebanggaan itu membuat senyum Yudha semakin merekah. Meski, pernikahan mereka ini tidak dihadiri oleh semua teman kampusnya. Namun, rasa itu tetap ada.

“Silahkan sang pengantin saling menyematkan cincinnya.” Sang pembawa acara membangunkan lamunan Yudha yang terus melihat Arini dengan lekat.

Arini yang manis dengan kebaya putihnya, hanya menunduk malu saat memasangkan cincinnya di jari manis sang kekasih yang kini sudah sah menjadi suami. Sedangkan, sang lelaki sejak tadi mencuri pandang untuk memandangi wajah yang kini sudah halal menjadi miliknya.

Acara prosesi pernikahan yang dilanjutkan dengan kegiatan adat lainnya terus diikuti oleh kedua pasangan ini. Arini yang masih belum terbiasa dengan bersentuhan di setiap pose berfoto, masih membuatnya terlihat sangat kaku. Sedangkan, Yudha yang seperti menerima angin segar, tidak ada rasa canggungnya saat dia merangkul sang istri di depan banyak orang.

“Cie….” Sorakan itu sering terdengar saat orang-orang memperhatian gerakan kaku sang pengantin.

Wajar saja, hal itu terjadi. Karena saat pacaran, sentuhan yang mereka lakukan hanya sebatas pegangan tangan. Untuk melakukan hal yang lebih dari itu, Yudha sangat menjaganya. Rasa cinta lelaki itu, ditunjukan dengan rasa hormat pada pasangannya. Di dalam prinsp hidupnya, hal indah itu cukup disimpan saat menikah kelak. Dan, kinilah saatnya.

“Adek cantik ya.” Sempat-sempatnya Yudha membisikannya di telinga perempuan yang dirangkulnya dari belakang. Hal itu membuat Arini semakin malu dan tertunduk. Sedangkan, Yudha menikmati pemandangan itu.

“Mas jadi beda ya setelah nikah,” kata Arini pelan.

“Beda kenapa? Makin ganteng ya?” balas Yudha dengan percaya dirinya.

Lihat selengkapnya