AYM

Ismahayati
Chapter #4

Rahasia Yudha

Pernikahan dua insan yang saling mencintai, terlaksana dengan hikmah dan sederhana. Namun, ada satu hal yang tidak disadari oleh Arini. Bahwa yang hadir dipernikahan itu, hanyalah beberapa orang dari sanak saudara mempelai lelaki. Bahkan, kedua orangtua Yudha tidak hadir di tempat itu. Dengan alasan pernikahan yang sangat dadakan, dan kediaman sang lelaki jauh, membuatnya beralasan keduanya tidak hadir.

Tetapi sesungguhnya bukan itu yang terjadi.

Ada sesuatu yang disembunyikan oleh Yudha.

Dan, ditambah juga dengan kejadian malam ini. Sikap Yudha yang berubah menjadi sangat kasar, membuat Arini semakin mempertanyakan, siapa sebenarnya lelaki yang dijadikannya suami ini. Apakah semua yang terlihat itu hanyalah sebuah kepalsuan. Atau, memang inilah sifat Yudha yang sebenarnya.

Arini memang pernah mendengar sebuah percakapan yang mengatakan, bahwa pasangan kita akan terlihat sangat berbeda dengan yang kita kenal sebelum menikah. Semua sifat yang tidak terlihat, tiba-tiba saja diperlihatkan setelah keduanya dinyatakan sah. Ada juga yang mengatakan, itulah ujian sebuah pernikahan. Ada juga yang mengatakan, bahwa itulah permainan syaitan untuk mengganggu keimanan seseorang. Karena, keimanan itu teruji di dalam sebuah pernikahan.

Perempuan berparas manis ini, kini hanya bisa terdiam di depan sang suami yang sedang marah dengan sikap responnya pada setiap pertanyaan si lelaki. Dia bahkan menyuruh, seorang istri itu hanya boleh menunduk saat suami sedang berbicara. Tidak boleh sekali pun menjawabnya, sampai semua ucapannya selesai.

Arini yang tertekan, hanya bisa menangis di dalam hatinya. Hanya dengan menjawab ucapan sang suami saja, lelaki itu sudah sangat murka padanya. Apalagi, jika dia melihat buliran hanya yang mengalir di pipinya. Berat rasanya, batin Arini menahannya. Namun, genangan air bening ini, harus dia tahan sekuat tenaga.

“Kamu paham, kan?!” kata terakhir yang Yudha lemparkan pada istrinya itu. Namun, Arini masih menunduk, dan duduk bersimpuh di bawah kakinya tanpa mau melihat ke wajah suaminya itu.

“Kenapa kamu diam aja?” tanyanya masih dengan nada yang kasar.

Arini menarik napas panjang, kemudian menjawab, “Bukannya, mas menyuruh saya untuk diam?”

“Kalau ditanya ya harus dijawablah?!”

“Saya tidak paham, kapan saya harus menjawab, dan kapan saya harus tetap diam. Karena, Sebagian besar, ucapan mas itu adalah pertanyaan.” Terdengar kekesalan di dalam ucapan Arini itu.

“Oooo… jadi, kamu masih belum paham?!” Dia masih menunjukan taring singanya.

“Entahlah, Mas. Sikap mas yang saya tidak paham, atau emang kita yang tidak sepaham.” Arini yang masih menganggap sikapnya tidak berubah dari sejak kuliah, tetap menunjukkan bagaimana dirinya apa adanya.

Wajah Yudha masih terlihat sangat merah karena amarahnya. Hanya saja, dia hanya menggigit giginya dengan sangat kuat. Tidak ada lagi kata yang bisa diucapkan oleh lelaki itu. Dan, dia pun memilih untuk tidur di posisi yang memang tempat yang selalu membuatnya nyaman, yaitu di sebelah kiri tempat tidur. Bahkan, dia pun memunggungi sisi tempat sang istri berada.

Arini yang masih tidak paham dengan keadaan, memilih untuk pergi ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. Ingin rasanya, dia mengajak suaminya itu untuk shalat isya jamaah dengannya. Namun, dengan keadaan amarah sang suami, dia pun mengurungi keinginannya itu. Dalam shalatnya, wanita itu mengeluhkan semuanya pada Robb-nya. Dia pun memohon untuk melembutkan hati suaminya itu. Dan, mengharapkan suaminya akan kembali menjadi kekasihnya.

***

Lihat selengkapnya