Setelah bercerai dengan Bang Arif, aku tinggal dengan Bapak. Aku pun mulai bekerja di sebuah toko kosmetik. Hasil dari bekerja di sana, aku pakai gajinya untuk membangun sebuah rumah. Ya walaupun rumah yang kubangun hanya sepetak saja, tapi rumah itu cukup untuk aku tinggali bersama Langit. Rumah itu terdiri dari ruang utama, 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan sebuah dapur kecil. Ruangan utama, akan aku jadikan sebagai ruang tamu sekaligus ruang televisi.
Aku membangun rumah setelah 2 tahun bekerja di toko kosmetik. Lalu di tahun ketiga, aku berhenti bekerja. Aku memutuskan berhenti, karena aku ingin fokus mengurus Langit. Selama aku bekerja, Langit diurus oleh Bapak. Aku tidak ingin melewati tumbuh kembang Langit. Maka dari itu aku mengambil keputusan untuk berhenti bekerja, dan memilih tinggal berdua dengan Langit. Aku tidak ingin merepotkan Bapak lagi. Aku ingin hidup lebih mandiri lagi, dan tidak ingin bergantung kepada orang lain.
***
Setelah rumahku siap dihuni, aku pun berpamitan kepada Bapak. Tentunya Bapak merasa berat untuk melepaskanku, namun akhirnya aku bisa meyakinkan Bapak.
"Ayo salam dulu ke kakek" ujarku kepada Langit.
Langit pun mencium tangan Bapak. Bapak mencium Langit serta memeluk tubuhnya dengan erat. Aku jadi tidak tega untuk meninggalkan Bapak. Tapi aku pun ingin hidup mandiri. Selama ini Bapak selalu membiayai segala kebutuhanku dengan Langit, bahkan untuk perabotan rumahku, Bapak yang membelikannya. Aku tidak ingin terus bergantung pada Bapak.
"Pak, Sita pamit ya" ujarku sambil mencium tangan Bapak.
Bapak mengelus kepalaku lembut.
"Hati-hati ya Ta" ujar Bapak.
"Iya Pak, asalamualaikum"
"Walaikumsalam" jawab Bapak.
"Dah kakek" ujarku sambil melambaikan tangan.
Langit pun ikut melambaikan tangannya.
Bapak pun ikut melambaikan tangannya.