Dari waktu ke waktu, usahaku semakin lancar. Keuntungan yang aku dapatkan pun cukup untuk menghidupi kebutuhanku dan juga Langit.
Setelah beberapa tahun, aku dapat memperluas rumah dan juga warungku. Kini rumahku dibangun tingkat dua, karena Langit pun sudah duduk di kelas 4 SD, jadi sudah saatnya Langit tidur sendiri. Lalu yang asalnya warungku hanya memiliki dua kursi di teras, kini lantai 1 aku khususkan sebagai tempat untuk warungku, dan untuk pembeli yang ingin makan di tempat. Warungku, kini kuubah sebagai kedai kecil, dengan beragam macam menu lauk untuk makan.
Bahkan, kini aku sudah dapat mempekerjakan Mamanya Angga, atau kini biasa kupanggil dengan panggilan Teh Ani, karena warungku sudah cukup ramai, jadi aku sudah kewalahan jika mengurus warung seorang diri.
***
Hari ini, aku dan Langit pergi bersama, untuk jalan-jalan dan juga membeli beberapa cemilan, untuk dibawa Langit. Lusa, Langit akan pergi ke Bogor untuk rekreasi. Awalnya aku sudah menawarkan diri untuk ikut, namun Langit menolaknya. Ia berkata, ia ingin mandiri. Langit itu memang anakku yang paling mandiri dan juga dewasa. Aku sangat bangga padanya.
Kami pergi ke salah satu mall yang ada di kota Bandung, aku pun menutup warungku sedari sore. Aku tidak enak, jika menitipkan warung kepada Teh Ani. Aku takut Teh Ani akan kewalahan, jika mengurus warung seorang diri.
Pada saat tiba di mall, kami mengisi perut terlebih dahulu. Kami makan di salah satu restoran cepat saji, sesuai permintaan Langit.
"Nak sini liat ke Mama" ujarku sambil memegang gawai, untuk memotret Langit.
Langit malah memalingkan wajahnya. Aku rasa Langit sudah semakin besar, kini ia sangat susah untuk aku foto, untuk aku peluk, atau pun untuk aku cium, mengapa anakku tumbuh dengan cepat.
"Ya udah kalau ga mau foto sendiri, sini foto sama Mama" ajakku.
Akhirnya Langit menurut, walaupun ia terlihat terpaksa. Tapi Langit dapat membuatku tertawa karena tingkahnya.
Setelah selesai makan, kami pun berbelanja ke supermarket yang ada di mall.
"Ma ini boleh ga?" tanya Langit sembari membawa salah satu makanan ringan.
"Iya boleh" jawabku.
Langit pun memasukannya ke dalam troli.
"Kalau ini boleh ga?" sambil memperlihatkan sebuah cokelat.
"Iya boleh" jawabku lagi.
Belum sampai 5 menit, Langit kembali menghampiriku.
"Kalau yang ini boleh?" tanyanya lagi sembari memperlihatkan sebotol susu.
Aku jadi tertawa karena tingkah Langit.
"Iya boleh sayang, ambil aja yang Langit mau" jawabku.
"Semuanya boleh Ma?"
"Iya"