"Maafin Sita ya Pak" ujarku sambil mencium tangan Bapak.
Setiap idulfitri, keluargaku mempunyai kebiasaan untuk saling meminta maaf satu sama lain, lalu semua keluargaku pun berkumpul bersama di rumah Bapak.
Setelah meminta maaf kepada Bapak, aku pun meminta maaf kepada A Arik dan Teh Nina, istrinya A Arik, kakakku yang pertama. Kemudian aku pun meminta maaf kepada Teh Dian, dan kepada A Nandar, suaminya Teh Dian. Setelah meminta maaf kepada orang yang lebih tua dariku, aku pun duduk di sofa.
Dani, adik bungsuku pun meminta maaf kepada Bapak, kakak-kakakku, dan yang terakhir kepadaku.
"Maafin Dani ya Teh" ujar Dani sambil mencium tanganku.
"Iya Dan" jawabku, sambil mengusap lembut kepalanya.
Dani memang bukan anak kecil lagi, bahkan kini ia sudah memiliki seorang istri dan juga anak, namun di mataku, Dani tetaplah adik kecilku.
Setelah meminta maaf satu sama lain, kami pun langsung menyantap makanan khas idulfitri, seperti opor ayam, ketupat, rendang, sambal goreng kentang, dan makanan lainnya.
Suasana rumah Bapak saat itu terasa sangat ramai, karena semua anak Bapak, kini sudah mempunyai keluarganya masing-masing.
Terkadang aku merasa iri kepada saudara-saudaraku yang lain. Mereka mempunyai keluarga yang lengkap, dan keluarga mereka terlihat sangat bahagia. Berbeda dengan kehidupan rumah tanggaku. Aku sudah dua kali menikah, namun tidak ada satu pun yang berhasil. Kehidupan rumah tanggaku yang pertama, diwarnai dengan kesedihan, dan juga kekerasan dalam rumah tangga. Kisah kehidupan rumah tanggaku yang kedua, pun tak kalah menyedihkannya. Memang tidak ada tindak KDRT di dalamnya, namun mantan suamiku itu malah kabur begitu saja.
Terkadang aku selalu berpikir, apa salahku atau apa dosa yang pernah aku lakukan? Mengapa kehidupan rumah tanggaku tidak ada yang berjalan dengan baik? Apa aku tidak berhak untuk bahagia seperti yang lainnya?
Aku pun hanya manusia biasa, wajar bukan? Jika aku pun menginginkan kehidupan rumah tangga yang mulus-mulus saja?
Mengapa aku harus menempuh perjalanan hidup yang penuh liku seperti ini? Padahal keinginanku tidak pernah muluk-muluk. Aku hanya ingin menjalani kehidupan rumah tangga yang baik-baik saja, seperti kebanyakan orang. Aku pun ingin berbahagia seperti orang lain.
***
Saat aku sedang mengikat rambutnya Pelangi di ruang TV, Dani datang menghampiriku.
"Teh, itu saudara-saudara udah pada datang, ayo ke depan dulu" ajak Dani.
"Iya, kamu duluan ya Dan. Teteh mau selesaiin iketannya Pelangi dulu"
"Oh, ya udah atuh, Dani ke depan dulu ya Teh"
"Iya *sok" jawabku.
(*sok = silakan).
Aku sedang mengikat dua rambut pelangi. Setelah mengikat rambutnya, aku pun menyisir ulang rambutnya, lalu merapikan rambutnya.