AYU SITA (Sepupuku Tercinta)

Dinda Angelica
Chapter #13

(13)

"A bangun salat dulu" ujarku pada Langit.

Langit pun menggeliat, kemudian mengedip-ngedipkan matanya.

Langit memang sensitif terhadap suara. Aku tidak perlu susah-susah untuk mengoyak-oyakan badannya, agar ia bangun. Aku hanya perlu membangunkan Langit sekali, dengan nada suara yang cukup tinggi, Langit pun pasti akan terbangun dari tidurnya.

"Iya" jawab Langit.

Langit pun beranjak dari kasurnya, dan berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah memastikan Langit benar-benar terbangun, aku pun segera menunaikan salat.

Setelah salat, aku mulai membersihkan rumah, dan menyiapkan sarapan sekaligus menyiapkan makan siang dan makan malam untuk anak-anak.

Hari ini aku membuat roti bakar cokelat, yang aku panggang di atas teflon. Maklum saja, aku memang tidak memiliki peralatan dapur yang lengkap. Aku hanya memanfaatkan barang-barang yang ada.

Setelah rotinya matang, aku segera membuat dua gelas susu untuk Langit dan Pelangi.

Setelah semua makanan untuk sarapan tersedia, aku meletakan makanannya di lemari piring.

Bagian atas lemari piringku, sengaja aku kosongkan, untuk menyimpan makanan, karena aku tidak memiliki meja makan, jadi tidak ada lagi tempat, yang bisa kugunakan untuk menyimpan makanan.

Untuk tempat makan, biasanya kami, makan secara lesehan di karpet, yang berada di ruang tamu, sekaligus ruang menonton TV.

Aku melanjutkan pekerjaanku kembali, aku memasak sosis asam manis untuk makan siang, sekaligus untuk makan malam, aku dan anak-anakku.

Setelah semua hidangan tersaji. Aku mulai merapikan daganganku.

"Ma, Neng makan apa?" tanya Pelangi sambil mengucek-ngucek matanya.

Aku tersenyum ke arah Pelangi.

"Ke air dulu atuh Neng, baru makan" ujarku.

Pelangi pun masuk kembali ke dalam rumah, dan sepertinya ia sedang menuju ke arah kamar mandi, untuk mencuci mukanya.

"Huft beres deh" ujarku, setelah merapikan semua daganganku.

Aku kembali masuk ke dalam rumah.

Ternyata Pelangi dan Langit sudah duduk di karpet, sambil menonton TV.

Aku segera mengambilkan sarapan untuk mereka, dan memakannya bersama-sama.

Pelangi dan Langit, makan dengan lahap. Aku pun merasa puas, karena melihat anak-anakku dapat makan dengan lahap. Ya bagaimana tidak, menu sarapan kali ini, adalah makanan kesukaan Langit dan Pelangi.

"Nanti aku aja yang nyuci bekas sarapannya" ujar Langit.

"Oke, makasih ya A" ujarku.

Langit memang seorang anak yang dapat diandalkan. Ia pun sangat rajin dalam bidang akademik, dan di luar akademik. Saat libur sekolah, biasanya Langit selalu membantuku untuk membereskan rumah. Aku sangat bangga kepada Langit.

"Nak, nanti siang Mama mau anter om Jaka lagi, cuma sebentar kok, nanti pulangnya Mama bawain jajanan ya" ujarku.

"Iya, tapi jangan lama-lama" ujar Pelangi.

"Iya ga bakal lama kok" jawabku.

"Nanti Aa jagain warung sama adeknya ya" ujarku kepada Langit.

"Iya Ma" jawab Langit.

Langit pun beranjak dari duduknya, dan berjalan ke arah dapur. Ya, benar, Langit hendak mencuci piring-piring kotor yang kami gunakan untuk sarapan.

Setelah sarapan, aku menghabiskan waktu bersama dengan Pelangi dan juga Langit.

Kami menonton TV bersama, lalu aku pun membantu menyusun kepingin puzzle, kesukaan Pelangi.

Tidak terasa, azan zuhur pun berkumandang. Aku segera salat dan bersiap-siap untuk mengantar Jaka. Aku melakukannya dengan cepat, aku takut jika Jaka menungguku terlalu lama.

Saat aku sedang merapikan rambutku. Pelangi datang menghampiriku.

"Ma itu om Jaka udah datang" ujar Pelangi.

"Iya, nanti Mama keluar ya" ujarku.

Pelangi pun keluar dari kamar.

Aku segera menggunakan parfum, kemudian mengambil tasku, dan keluar menghampiri Jaka.

Saat aku keluar rumah, aku melihat Jaka tengan asik berbincang dengan Langit. Langit pun memancarkan wajah yang begitu ceria. Sepertinya, ia nyaman berbincang dengan Jaka.

Saat mengetahui keberadaanku yang sudah ada di hadapannya, Jaka sontak tersenyum kepadaku. Aku pun membalas senyumannya itu.

"Mama berangkat dulu ya nak. Jagain adeknya, jangan berantem ya" ujarku kepada Langit.

"Iya Ma" jawab Langit.

Langit pun segera mencium tanganku, dan juga tangan Jaka.

Saat hendak naik ke motornya, Jaka memberikan helmnya kepadaku. Aku pun mengenakan helm yang diberikan Jaka itu.

Sepertinya Jaka malu, karena ada Langit di hadapan kami. Jika Langit tidak ada, ia pasti sudah memakaikan helmnya kepadaku.

"Neng, ini Mama mau berangkat" panggil Langit kepada Pelangi.

Pelangi pun keluar dari rumah, dan langsung menghampiriku.

"Mama, pergi dulu ya sayang" ujarku kepada Pelangi.

Aku mencium dahinya, lalu memeluk tubuhnya yang berisi itu.

Setelah aku melepaskan pelukanku, Pelangi langsung mencium tanganku, dan juga tangan Jaka.

Setelah berpamitan, aku pun segera naik ke motornya Jaka.

"Asalamualaikum" ujarku.

"Walaikumsalam" jawab Pelangi dan Langit.

Aku pun melambaikan tanganku ke arah Pelangi dan juga Langit.

Setelah cukup jauh dari rumah, Jaka pun memulai percakapan kami.

"Maaf ya Teh, aku jadi ganggu waktunya Teteh sama anak-anak" ujar Jaka, merasa bersalah.

"Ga apa-apa kok Ka, lagian anak-anak juga udah pada besar. Toh aku juga perginya ga bakal lama"

"Makasih ya Teh"

"Iya, sama-sama" jawabku.

Lihat selengkapnya