AYU SITA (Sepupuku Tercinta)

Dinda Angelica
Chapter #15

(15)

Hubunganku dengan Jaka tetap berjalan. Bahkan, kami pun tidak pernah mengalami perselihan. Memang menyenangkan mempunyai hubungan yang spesial dengan Jaka.

Namun, aku juga hanyalah wanita biasa. Bukankah wajar? Jika seorang wanita menginginkan sebuah kepastian?

Semakin lama, perasaanku kepada Jaka semakin dalam. Begitu pun dengan perasaan anak-anakku kepada Jaka. Mereka sangat menyayangi Jaka seperti Ayah kandungnya sendiri. Bahkan, Pelangi sampai memanggil Jaka, dengan sebutan Papa.

Bukannya aku tidak percaya pada Jaka, hanya saja, aku pun butuh sebuah kepastian. Sebenarnya hubungan ini akan dibawa kemana?

Apakah aku harus tetap bertahan, atau mengakhiri semuanya?

Aku pun tidak bisa terus menutup mata, dengan statusku dan Jaka. Kami ini terikat dalam tali persaudaraan. Apakah kami dapat bersama? Untuk membangun sebuah bahtera rumah tangga? Aku sangat bingung dengan kondisiku saat ini.

***

Hari ini adalah hari sabtu. Seperti biasanya, Jaka mengajak kami jalan-jalan. Hari ini Jaka mengajakku dan anak-anak untuk makan di luar. Kami makan di sebuah restoran cepat saji, sesuai permintaan Pelangi.

"Ayo dihabisin ya makannya" ujar Jaka pada Pelangi.

"Iya Pa" jawab Pelangi.

Pelangi dan Langit makan dengan begitu lahap.

"Habisin" bisik Jaka padaku.

Aku hanya tersenyum ke arahnya.

Entah kenapa, aku benar-benar tidak nafsu makan. Banyak hal yang mengganggu pikiranku. Rasanya pikiranku benar-benar penat.

Setelah selesai makan, kami langsung pulang ke rumahku, karena Pelangi sudah sangat mengantuk.

Saat tiba di rumahku, Jaka langsung membaringkan Pelangi di kasur.

"Makasih" ujarku pada Jaka.

Jaka tersenyum, sambil mengelus lembut kepalaku.

Kami pun keluar dari kamar.

"Istirahat ya" ujar Jaka sambil mengelus kepala Langit.

Langit hanya menganggukan kepalanya, sambil tersenyum pada Jaka.

Langit pun masuk ke dalam kamarnya.

Aku dan Jaka berjalan ke arah teras rumah.

Lalu duduk di lantai teras.

"Kamu kenapa? Lagi ada yang dipikirin ya?" tanya Jaka.

"Nggak kok"

"Kamu ga bakal bisa bohongi aku Yu" ujar Jaka sambil memandang ke wajahku.

"Ada apa?" tanya Jaka lembut, sambil menyelipkan rambutku ke belakang telingaku.

Aku menundukan kepalaku sambil menghela nafas panjang.

"Aku bingung Ka" ujarku, dengan kepala yang masih menunduk.

Jaka memegang daguku, lalu mengangkat kepalaku, agar dapat memandang ke wajahnya.

"Hei, bingung kenapa sayang?" tanya Jaka lembut.

Saat ini, aku merasa sangat lemah. Perisaiku hancur begitu saja. Aku mulai tersedu-sedu, karena perasaanku terasa sangat kacau.

Jaka memeluk tubuhku, bermaksud untuk menenangkanku.

"Kamu kenapa Yu?" tanya Jaka bingung.

Aku pun bangkit dan memandang wajah Jaka, dengan tatapan sendu.

Jaka mengusap air mataku, lalu menatap wajahku dengan lekat.

"Ada yang ganggu pikiran kamu ya?" tanyanya.

"Aku bingung harus ngomongnya kaya gimana ke kamu. Aku ga mau mendesak kamu, atau mau membebani kamu. Aku cuma bingung aja Ka, hubungan kita ini harus dibawa kemana?" jelasku.

Jaka memalingkan wajahnya dariku. Ia menghembuskan nafasnya kasar.

Lalu ia menatap langit yang kini sedang mendung.

"Maafin aku ya Yu, aku udah bawa kamu ke dalam permasalahan ini. Aku memang tidak tegas. Tapi aku pun masih bingung, hubungan ini akan berakhir seperti apa. Aku ga mau kehilangan kamu, dan anak-anak. Tapi, kalau kita menikah pun, apa kita bisa? Bukannya aku ga mau ngasih kejelasan ke kamu Yu. Aku pun masih tanya-tanya ke ustaz-ustaz, apakah kita bisa menikah atau tidak. Jadi, tunggu dulu ya Yu. Kamu tenang aja, aku ga bakal ninggalin kamu gitu aja kok" ujar Jaka.

Lihat selengkapnya