AYUNDA

Permadi Adi Bakhtiar
Chapter #1

ACT I A FATEFUL ENCOUNTER

Pada pagi hari dimana suara kokokan ayam menjadi alarm tanda bahwa sang fajar telah terbit, protagonist tersayang kita Ayunda masih tenggelam dalam mimpi indah yang tak mungkin bisa terwujud, bukan karena mimpinya terlalu kompleks tapi lebih ke absurd. Masih tenggelam dalam mimpinya Ayunda tiba-tiba mendengar suara wanita memanggil dirinya. “Ayu…Ayu…Ayu,” ucap wanita itu yang semakin lama suaranya semakin membesar. Hingga pada akhirnya terdengar teriakan keras “AYUNDA PUTRI RIYANTO” membuat Ayunda langsung terbangun dengan kaget.

“Ughh… jam berapa sih sekarang? Dan lagipula bisakah ibu membangunkanku dengan lebih lembut,” ucap Ayunda.

“Habisnya kamu dibangunin pelan-pelan gak respon sama sekali, oh sekarang sudah jam 6,” ucap seorang paruh baya yang sama sekali tidak menunjukan aura keras dan iya, ia adalah ibu dari Ayunda.

Ayunda yang masih dalam kondisi ngantuk berjalan menuruni tangga menuju kamar mandi untuk mandi yang mana tidak perlu kita jelaskan bagaimana orang mandi karena semua orang harusnya tahu bagaimana cara mandi, atau jangan-jangan kalian lebih tertarik dengan Ayunda yang mandi? Dasar mesum asal kalian tahu saja kalau ini bukanlah cerita seperti itu, kalau kalian ingin kayak gitu kembalilah baca cerita stensilan yang ada di kaskus.

Setelah selesai mandi dan berpakaian yang rapi Ayunda berjalan menuju ruang keluarga. Disana ia melihat ayahnya sedang duduk di meja makan sembari memainkan handphonenya sedangkan ibunya baru saja menyajikan piring yang sepertinya adalah sarapan kala itu.

“Ayu sarapan dulu nih udah ibu buatin mie sama telor,” ucap ibu.

“Iya sepertinya aku masih punya waktu,” ucap Ayunda sembari melihat jam tangannya.

“Gimana sekolahnya? Dah dapet temen belum?” ucap Ayah kepada Ayunda yang kini sudah duduk di meja makan. 

“Yah lumayanlah,” jawab Ayunda singkat sembari menyantap mie yang ada di meja.

Ayah Ayunda hanya mengangguk tanda bahwa ia setuju dengan omongan Ayunda meskipun Ayunda tahu kalau ayahnya tidak terlalu memedulikan kehidupan sekolahnya, karena ia pikir selama anaknya kelihatan bahagia meskipun itu hanya sebuah kepalsuan itu sudah cukup baginya.

Setelah menjalani peristiwa “Sarapan” yang pasaran, Ayunda bersiap untuk berangkat ke sekolah.

SMA Bhakti Luhur adalah salah satu sekolah swasta terbaik di kota. Hanya ada dua cara untuk masuk ke dalam SMA Bhakti Luhur yaitu melalui jalur prestasi dan yang kedua adalah jalur orang kaya. Dominasi anak orang kaya dalam SMA Bhakti Luhur membuat SMA Bhakti Luhur menjadi salah satu sekolah idaman bagi anak-anak SMP yang baru lulus. Untungnya untuk tokoh utama kita yaitu Ayunda memiliki seorang ayah yang merupakan pejabat pemerintah daerah, hal ini pula yang membuat Ayunda berpindah-pindah kota hingga akhirnya berakhir di SMA Bhakti Luhur.

Ayunda yang kini sudah sampai di SMA Bhakti Luhur duduk di baris belakang kelas yang memang nampak premium. Dalam kelas yang mulai ramai diisi oleh anak-anak nampak seorang wanita yang baru masuk ke kelas dalam kondisi sedikit terengah-engah. Wanita itu menengok ke barisan belakang tepatnya ke arah Ayunda dan tersenyum. Ia pun berjalan dan duduk di samping Ayunda.

“Kukira aku telat karena aku pikir kita masih ospek,” ucap wanita tersebut kepada Ayunda.

“Iya juga ya pas ospek kemarin kita masuknya jam setengah tujuh sekarang sudah balik normal lagi jam 7,” balas Ayunda.

“Oh iya berarti sekarang saatnya kita penjurusan ya? kamu kemarin ambil jurusan apa yu?’ ucap wanita itu.

“Kamu tahu sendiri aku kayak gimana kalau soal hubungan sosial sudah pasti aku ambil MIPA,” balas Ayunda.

“Hehehe sama dong berarti aku juga ambil MIPA, semoga kita satu kelas lagi iya kan Ayunda?” tanya wanita tersebut sembari tersenyum ke arah Ayunda.

“Tentu saja Zelda,” balas Ayunda sembari membalas senyum.

Lihat selengkapnya