15 menit setelah bel pulang sekolah berbunyi, lapangan basket Sky Diamond High School masih ramai dengan beberapa cowok yang iseng main basket sebelum pulang sekolah. Di antara cowok-cowok itu, ada seorang gadis yang ikut nimbrung bermain. Dengan kemeja yang sudah keluar dan celana training olahraga di balik rok lipit berwarna biru langit yang panjangnya setengah lulut, gadis bernama Azula itu dengan gesit lari kesana kemari, merebut bola dari lawannya yang lebih tinggi darinya. Kalau kebanyakan cewek nggak suka panas-panasan, lain halnya dengan Azula yang suka berkeliaran di lapangan basket pada siang hari yang terik.
Cowok-cowok itu sama sekali tidak keberatan kalau Azula ikut main, selain karena mereka sudah akrab dengan gadis yang agak tomboi itu, Azula mainnya tidak asal. Dia memiliki skill yang cukup bagus dalam bermain basket walaupun Azula bukan anggota klub basket. Bonusnya, cowok-cowok itu tidak bisa konsentrasi. Wajah fokus Azula yang tajam saat menembakkan bola basket ke ringnya, lalu tertawa lebar saat bola basket itu berhasil masuk, sungguh, pemandangan yang membuat hati cowok-cowok itu lemah.
“Yey masuk !” seru Azula senang sambil menganggkat tinggi tangan kanannya , mengajak anggota timnya high five. Cowok-cowok itu langsung menyambut high five Azula sambil berseru heboh tidak jelas.
Mereka tidak menyadari kalau kehebohan mereka ternyata dari tadi menjadi pusat perhatian siswa-siswi SDHS yang belum pulang. Terutama Azula yang paling mencolok karena cewek sendiri. Ditambah penampilannya yang acak-acakan tapi entah kenapa itu malah menambah kesan girl crush-nya semakin keluar, membuat cewek-cewek yang kebanyakan dari kelas satu memekik heboh, mengalahkan pesona cowok-cowok ganteng di sekitarnya.
“Azulaaaaa!” seru seorang gadis tiba-tiba berlari ke tengah lapangan, tidak peduli saat itu permainan basket kembali berlangsung.
Yang merasa dipanggil menoleh dan menghentikan gerakannya saat melihat teman dekat sekaligus ketua kelasnya itu sampai di hadapannya.
“Kenapa Lin?” tanya Azula penasaran, tumben sekali Alin mau ke lapangan siang-siang begini. Mengingat Alin adalah princess yang tidak mau kulit putihnya terbakar sinar matahari.
“Duh kamu nih bikin capek aja!” Gerutu Alin masih terengah-engah karena dia berlari sambil berteriak. “Kamu ambil flashdisk yang mana tadi di tas aku?” tanya Alin panik.
“Yang warna biru, ada gantungan Pokemonnya.” Jawab Azula lalu mengeluarkan flashdisk itu dari saku kemejanya.
Alin menepuk dahinya, “Pantesaaan, dicari yang punya tuh!”
“Lah, bukan punya kamu ?” Azula mengerutkan keningnya bingung, pasalnya flashdisk dengan gantungan Pokemon itu sering sekali Azula lihat dibawa Alin kemana-mana.
“Bukan, itu punya Runa,” Jawab Alin, “untung aja ternyata nggak hilang, kalau hilang aku bakal- “ Alin membuat garis horizontal di depan lehernya dengan tangan kanannya, menandakan akan terjadi hal buruk padanya kalau flashdisk itu sampai hilang.
“Runa siapa sih?” tanya Azula merasa asing dengan nama itu.
“Runaseja. Ketua OSIS kita Azulaaa, astaga! kamu ini udah dua tahun sekolah di sini masa nggak tahu Runa?” protes Alin kesal sendiri.
“Ooh ketua OSIS, iya aku ingat sekarang.” Azula baru ingat kalau Alin sering bolak-balik ruang OSIS karena urusan kelas dan dia sering curhat masalah ketua OSIS yang galak dan nyebelin. “Yaudah nih aku balikin.” Azula mengulurkan flashdisk itu pada Alin.
“Kamu aja ya yang balikin ke Runa, aku buru-buru nih mau pulang.” Tolak Alin.