Konsentrasi Azula mulai hilang. Dia bergerak tak nyaman, berkali-kali mengubah posisi duduknya untuk menahan panggilan alam yang dari tadi sudah mendesaknya untuk segera ke toilet. Laporan yang dia ketik sering salah karena Azula tidak fokus, membuatnya kalap dan ingin menelan laptop didepannya. Azula sudah tidak tahan lagi, mungkin sebentar lagi dia akan mengompol kalau tidak segera ke toilet. Dengan sangat terpaksa Azula harus minta tolong pada satu-satunya orang yang ada di rumah ini selain dia.
“Emmm…" Azula bergumam pelan, sebenarnya merasa gengsi minta diantarkan ke toilet pada orang sejenis Runa yang sepertinya banyak prasangka buruknya. Runa yang mendengarnya langsung mengangkat pandangannya dari layar laptop dan menatap Azula.
“Kamu jalan lurus, belok kiri jalan tujuh langkah terus belok kiri lagi, toiletnya ada di situ.” Kata Runa tepat sasaran membuat mata Azula melebar. Dia jadi salah tingkah, apa ekspresi wajahnya sangat kelihatan kalau lagi menahan pipis? Ah sebodo amat ! Azula tidak peduli lagi, yang penting sekarang adalah segera ke toilet.
“Anterin.” Ucap Azula tanpa menatap Runa.
Runa yang saat itu sedang minum air mineral dari botol langsung menyemburkan air yang belum sempat masuk ke tenggorokannya. Pemuda itu mengusap mulutnya lalu memandang Azula yang sedang menatapnya aneh karena tiba-tiba menyemburkan air.
“Kamu kenapa sih?” tanya Azula bingung sekaligus risih melihat Runa menyemburkan air seperti adegan terkejut ala-ala drama yang sering dilihatnya, entah kenapa kalau Runa yang melakukan adegan itu malah membuatnya ingin menyiram Runa dengan seember air.
“Mau ke toilet aja minta ditemenin, emangnya kamu anak taman kanak-kanak?” ejek Runa sambil membereskan kertas-kertasnya yang basah. Dia tidak habis pikir, kenapa Azula begitu merepotkan.
“Aku lagi nggak mau debat, pokoknya anterin aja plis!” Azula memohon.
Runa menatap Azula dengan malas. “Kamu mau cari perhatian apa gimana sih?”
Kesabaran Azula habis, dia bangkit dari duduknya lalu meraih botol air mineral milik Runa. Dengan cepat Azula membuka tutup botol itu lalu memiringkannya tepat di atas laptop milik Runa.
“Anterin ke toilet atau aku tumpahin air ke laptop kamu!” ancam Azula sungguh-sungguh.
Runa tertawa meremehkan, “Kamu pikir ancaman kamu bakal me- IYAAA! IYA AKU ANTERIN KE TOILET!” Runa berteriak heboh seperti orang ketinggalan naik angkot saat melihat Azula dengan gerakan tanpa keraguan sedikit pun akan menuangkan air ke laptopnya. Untung saja Azula menghentikan gerakannya di waktu yang tepat. Runa langsung terduduk dengan lemas, tenaganya seperti terkuras habis karena panik.
“Apa kamu tahu akibatnya kalau sampai kamu beneran numpahin air ke laptop ini?” tanya Runa jengkel tapi masih deg-degan hebat karena kelakuan Azula. Gadis itu hampir saja merusak laptop milik OSIS yang sangat berharga. Apa reaksi Pak Haris nanti kalau tahu laptop OSIS rusak karena dengan sengaja ditumpahi air? Mungkin pembina OSIS itu akan langsung menendang Runa dari OSIS.
“Enggak mau tahu, cepet anterin! Kenapa harus diancam dulu sih baru mau nolongin?” gerutu Azula.
Tanpa berkata apa-apa lagi Runa bangkit dari duduknya dengan muka bete setengah mati lalu berjalan menuju toilet dan Azula langsung buru-buru mengikutinya.
“Ini toiletnya nona, dekat bukan?" ucap Runa begitu sampai di depan pintu toilet rumahnya.
“Bukain pintunya!” perintah Azula tidak peduli dengan ucapan Runa, dia benar-benar sudah tidak tahan.
Runa melotot tidak percaya pada Azula yang menurutnya jadi ngelunjak menyuruhnya sembarangan. Pemuda itu akan menolak, tapi begitu melihat Azula menatapnya dengan tajam, Runa berdecih tak suka dan langsung membuka pintu toilet. Saat Runa menoleh ke arah Azula, dia jadi heran ketika melihat gadis itu tidak segera masuk toilet tapi malah memejamkan matanya dengan wajah ketakutan. Sebenarnya ada apa dengan gadis ini sih? Runa jadi penasaran.