Azula

NuBy
Chapter #6

6 - Princess Azula

Runa termenung melihat pantulan wajahnya di cermin berbentuk kepik milik Emily yang dia pinjam. Sangat kacau. Luka lebam di mata kirinya semakin gelap dan mengerikan. Memang lebih baik tetap menutupinya dengan perban sampai lebamnya benar-benar hilang. Satu sekolah akan sangat heboh kalau mengetahui ketua OSIS mereka punya luka lebam seperti ini. Pasti mereka akan mengira yang tidak-tidak.

Tadi pagi Emily kaget setengah mati saat melihat Runa pagi-pagi sudah ada di ruang OSIS dan memperlihatkan luka lebam di mata kirinya. Emily sudah mengenal Runa sejak dia pindah ke Indonesia dari Inggris dan menjadi tetangganya, tepatnya 4 tahun yang lalu. Selama itu juga Emily mengenal Runa sebagai anak yang baik dan penurut sekali pada kedua orang tuanya. Selain itu Runa juga tidak pernah terlibat dengan satu perkelahian pun. Makanya dia benar-benar terkejut saat Runa bercerita kalau dia dipukul seseorang.

Runa tidak menceritakan kejadiannya secara detail, dia hanya bilang kalau dipukul seseorang. Dia tidak memberi tahu siapa dan apa alasan orang itu memukulnya. Tapi Runa bilang kalau itu adalah salahnya. Kalau sudah begitu Emily menyerah untuk mendesak Runa mengaku. Dia tidak akan mengatakannya. Kesal sih, tapi Emily harus menghormati privasi Runa. Walaupun mereka sangat dekat, tapi itu tidak berarti harus mengetahui segalanya.

“Kamu beneran udah pakai salep yang aku kasih kan?” tanya Emily. Sekretaris OSIS itu tampak khawatir melihat luka lebam Runa yang sepertinya parah, selain itu dia juga takut kalau luka lebam itu diketahui Pak Haris lalu beliau salah paham. Pak Haris itu sama sekali tidak bisa menoleransi segala sesuatu yang berbau perkelahian. Makanya tadi Emily langsung membeli salep untuk luka lebam di apotek dekat sekolah.

“Udah,” Runa mengembalikan cermin milik Emily lalu segera menutupi mata kirinya dengan perban kembali, takut ada yang masuk ke ruang OSIS tiba-tiba dan mengetahui luka lebamnya. “Tapi kenapa enggak ngefek sama sekali sih?” tanyanya dengan wajah kesal.

“Memangnya kamu pikir salep itu filter kamera yang bisa ngilangin noda hitam dalam sekejap?” cibir Emily tidak habis pikir dengan pemikiran Runa yang masih seperti bocah. Apa benar Runa ini ketua OSIS kesayangan Pak Haris?

“Memang sebaiknya begitu kan?” sahut Runa dengan wajah polos.

Emily memutar bola matanya yang berwarna cokelat, “Luka lebam setidaknya perlu waktu 3 sampai 4 minggu untuk benar-benar hilang, tapi itu tergantung kondisi dan penyebab lukanya. Kalau luka kamu...” Emily tampak berpikir sebentar, “sepertinya kamu dipukul terlalu keras ya? Mungkin sebulan lagi baru hilang lebamnya.”

Runa terperangah mendengar penjelasan Emily, “Jadi ketampananku untuk waktu 4 minggu kedepan bakal berkurang dong! Ah sial!”

Dia mulai lagi. Batin Emily yang kemudian memilih untuk duduk di sebelah Dirga yang sedang serius mengetik di keyboard laptop. Bodo amat dengan Runa! Kekhawatirannya sepertinya sia-sia saja.

“Ada satu hal yang bikin aku heran,” Dirga sang wakil ketua OSIS yang dari tadi sibuk itu akhirnya angkat bicara, “kenapa Pak Haris percaya begitu saja dengan alasan Runa kalau matanya bintitan?”

“Pftt- “ Emily menahan tawa. Dia jadi ingat tadi pada saat rapat OSIS Pak Haris dengan wajah curiga menanyai Runa ada apa dengan mata kirinya yang diperban. Runa dengan wajah innocent-nya menjawab kalau matanya bintitan yang sontak membuat seisi ruang OSIS tertawa geli termasuk Pak Haris.

“Yah mana mungkin Pak Haris enggak percaya sama murid kesayangannya!” seru Emily.

“Murid kesayangan mah bebas” cibir Dirga menggangguk-anggukkan kepalanya lalu kembali mengetik. Daripada Emily Dirga sudah lebih lama mengenal Runa. Mereka sudah berteman sejak mereka masih belajar berjalan. Rumah mereka hanya berjarak sepuluh langkah. Tiada hari tanpa Runa. Dirga sudah tahu semua baik-buruknya Runa, bagaimana tidak? Runa selalu menceritakan semuanya pada Dirga tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Lihat selengkapnya