Azula

NuBy
Chapter #8

8 - Hair Scrunchies

Runa tidak tahu harus mencari Azula kemana lagi. Seluruh ruang kelas dan ruang klub kalau hari libur seperti ini dikunci semua. Hanya perpustakaan dan UKS di gedung utama yang tidak dikunci untuk kepentingan kegiatan murid SDHS yang tinggal di asrama. Tapi Azula tidak ada di sana juga. Runa juga sudah meminta penjaga asrama putri melakukan panggilan atas nama Azula, siapa tahu gadis itu punya teman di asrama dan mampir di sana. Tapi ternyata tidak ada hasil. Begitu juga pencariannya di auditorium, gedung olahraga dan rumah kaca juga tidak membuahkan hasil.

Runa terpaksa kembali ke gedung utama dan mencari ke seluruh toilet perempuan lagi, siapa tahu ada yang terlewat. Untung saja sudah tidak ada orang sehingga tidak terjadi kehebohan karena Runa keluar masuk toilet perempuan dan memanggil-manggil nama Azula. Dirga yang juga ikut mencari Azula belum memberikan kabar, artinya dia juga belum menemukan Azula. Perasaan Runa jadi semakin tidak enak ketika melihat hujan yang tambah deras diikuti petir yang menyambar. Sebenarnya di mana Azula?

Dengan tenaga yang mulai habis karena dari tadi bolak-balik ke beberapa gedung di sekolah yang jaraknya lumayan jauh, ditambah lagi Runa harus menaiki tangga karena tidak bisa menggunakan lift, dia mencari ke toilet di lantai empat. Nihil. Sepertinya Azula tidak ada di sekolah, mungkin dia terjebak hujan di suatu tempat.

Ketika Runa bergegas untuk turun ke lantai tiga, matanya menangkap sebuah benda berwarna merah tergeletak di depan tangga. Mungkin karena terburu-buru tadi Runa tidak melihatnya. Runa mengambil benda itu yang ternyata adalah hair scrunchies. Mata Runa membulat menyadari kalau Azula pernah memakai hair scrunchies berwarna merah darah seperti ini. Memang mungkin tidak hanya Azula saja yang memiliki hair scrunchies seperti ini, tapi entah kenapa Runa yakin kalau ini milik Azula. Berarti dia ada di sekitar sini. Runa tersentak. Astaga! Ada satu tempat yang belum Runa periksa. Runa melesat menaiki tangga menuju rooftop, rasa lelahnya hilang begitu saja, bahkan dia menaiki dua anak tangga sekaligus. Hatinya kalut membayangkan keadaan Azula kalau dia benar-benar ada di rooftop saat badai petir seperti ini.

Dengan panik Runa membuka pintu rooftop, matanya membelalak menemukan Azula sedang duduk menekuk lutut dan menyandarkan punggunya ke dinding dengan keadaan basah kuyup terkena hujan entah sudah berapa lama. Hati Runa terasa diremas saat itu juga.

“Azula!” panggil Runa panik mengguncangkan kedua bahu gadis itu.

Azula dengan lemah mengangkat kepala, matanya setengah terbuka, menatap Runa tanpa ekspresi. Runa menyadari kalau kesadaran Azula menurun, dengan cepat dia mengangkat tubuh Azula. Mati-matian Runa menuruni anak tangga sambil menjaga keseimbangan. Tapi dia harus cepat membawa Azula ke UKS. Wajah gadis itu sangat pucat dengan bibir yang sudah membiru.

“Maaf...” ucap Azula lirih, air mata mengalir dari matanya yang terpejam. “Maaf udah ninggalin kamu, Luna.”

Kata-kata Azula itu membuat Runa seketika berhenti menuruni anak tangga. Tubuhnya menegang mendegar nama yang disebut Azula. Nama itu hanya beda satu huruf dengan namanya, apa dia salah dengar? Runa memilih untuk mengabaikannya saat ini, Azula harus segera mendapat pertolongan.

***

“Punya hape tuh dicas makanya! Jangan cuma buat nonton drama mulu!” Alin mengomel, wajahnya terlihat marah tapi tangannya sibuk memindahkan piring dari nampan dan meletakkannya di hadapan Azula. Gadis itu perlu mengisi perutnya sebelum keadaannya jadi tambah buruk. Begitu sadar dari pingsannya di UKS tadi, Alin langsung membawa Azula pulang ke rumahnya. Hari ini memang Azula akan menginap di rumah Alin karena rumah Azula kosong, ayah dan bundanya ada urusan bisnis, begitu juga dengan kakaknya.

Lihat selengkapnya