Saat POS sudah dimulai seperti sekarang, kantin sekolah pada jam istirahat akan penuh sesak dengan murid SDHS yang kelaparan usai melakukan berbagai macam lomba olahraga. Tidak tanggung-tanggung kantin di lantai satu yang biasanya lebih sedikit pengunjungnya sekarang terlihat sama penuhnya dengan kantin yang ada di lantai dua gedung utama SDHS. Kantin lantai satu adalah kantin khusus masakan luar negeri, tapi yang paling mendominasi adalah masakan Jepang. Anak SDHS yang kebanyakan adalah murid lokal tentu lebih memilih makanan lokal yang sudah diterima lidah mereka. Memang awalnya saat kelas satu pasti penasaran dengan rasa masakan Jepang, tapi setelah tahu rasa dan harganya, kebanyakan murid lokal akan beralih ke kantin lantai dua yang menyajiakn menu masakan yang umumnya dijual di sekolah Indonesia.
Hari ini Azula dan Alin sedang tidak beruntung, mereka yang biasanya selalu makan di kantin lantai dua sekarang harus makan di kantin lantai satu karena di kantin lantai dua sudah tidak tersisa kursi. Bahkan di kantin lantai satu mereka dapat kursi yang terletak di ujung kantin.
“Padahal lagi pengen makan soto ayam,” gerutu Azula memajukan bibirnya kesal, tapi dia dengan lahap memakan kare daging sampai mulutnya menggembung.
Sementara itu Alin makan dengan tenang sambil memperhatikan Azula, rambut cokelat Azula itu dicepol asal sehingga terlihat agak berantakan, wajahnya agak memerah karena tebakar sinar matahari, jangan-jangan dia lupa memakai sunscreen dan di ujung bibirnya belepotan kuah kental kare. Sama sekali tidak anggun. Tapi itulah Azula yang Alin kenal.
“Jadi gimana maraton nya tadi?” tanya Alin penasaran karena Azula terlihat sedang dalam mood yang bagus.
“Masuk final dong,” jawab Azula sambil tersenyum lebar.
“Uwahh,” Alin bertepuk tangan memuji Azula. “Aku juga harus berlatih lebih keras nih!” serunya bersemangat.
“Loh bukannya kamu enggak ikut POS kali ini?” tanya Azula, mengingat Alin kali ini jadi panitia POS bergantian dengan pengurus OSIS.
“Kamu sih terlalu sibuk ikut lomba jadi melupakan sahabatnya sendiri,” cibir Alin sambil memasang wajah sedih.
Azula tertawa kecil melihat Alin kesal, “Sorry.” Kata Azula, “oh! Kamu latihan ngeband buat acara penutupan POS?” lanjutnya bersemangat.
Alin mengangguk lalu mengacungkan jempolnya, “Akhirnya aku debut juga!” pekik Alin senang, usahanya masuk ke band sekolah, mengikuti seleksi dan segala latihan selama kelas satu akhirnya menghasilkan buah manis. Penampilan perdananya sebagai pianis band sekolah akan dilakukan saat penutupan POS nanti dan Alin sangat menantikannya.
“Selamat ya! Jadi enggak sabar lihat kamu tampil nanti.” Sahut Azula tak kalah senangnya dengan Alin.
“Terima kasih La, jangan lupa nonton pokoknya, biasanya kamu kalau acara penutupan gitu sering salfok sama kios makanan.” Sindir Alin, mengingatkan Azula saat kelas satu dulu memang dia lebih tertarik mengunjungi satu per satu kios makanan daripada menonton pentas seni saat penutupan POS.
Azula menyeringai sambil menggaruk tengkuknya, “Kali ini enggak dong, kan sahabatku tersayang bakal tampil.”