“Pokoknya nggak bisa!” seru Azula tidak mau dibantah lagi. Dia menatap Runa yang duduk di hadapannya dengan tatapan ingin menelan pemuda itu hidup-hidup. Azula marah sekali sampai aroma dari hojicha latte hangat yang baru saja sampai ke mejanya tidak memberikan efek sama sekali. Biasanya hanya dengan menghirup aroma hojicha bisa menenangkan perasaan Azula.
“Satu sekolah udah tahu kamu yang bakal nyanyi bareng aku, kalau kamu nolak malah akan merugikan dirimu sendiri.” Kebalikan dari Azula yang sudah seperti gunung erupsi, Runa justru duduk dengan santai sambil sesekali menikmati caramel macchiato-nya bagaikan sedang musim semi.
“Rugi dari mana coba?!” tanya Azula tidak santai.
“Pokoknya rugi.” Ucap Runa ngeyel.
Alin memandang Azula dan Runa bergantian, kalau dalam anime pasti mereka berdua sedang beradu tatapan kilat. Gadis bertubuh mungil itu menghela nafas. Sepertinya idenya untuk membawa Azula dan Runa ke cafe agar bisa membicarakan masalah mereka dengan baik-baik sia-sia saja. Yah tapi ini lebih baik daripada membiarkan Azula melabrak Runa tadi. Sahabatnya itu sudah ada di luar ruang musik saat Alin beserta personil band sekolah dan Runa selesai siaran langsung. Tanpa basa-basi Azula langsung menyerang Runa dengan berbagai pertanyaan, personil band lain sampai ikut kaget. Akhirnya Alin menyeret Azula dan Runa menjauh dari teman-temannya yang mulai ikut campur menanggapi kemarahan Azula.
“Kamu sebenarnya cuma pengen ngerjain aku kan?” tanya Azula curiga.
“Waktuku terlalu berharga kalau cuma buat ngerjain kamu! Anggap saja ini sebagai balasan karena kamu udah ngerusakin flashdisk-ku dan ngilangin data-data penting di dalamnya.” Jawab Runa tidak mau kalah.
Azula melotot tidak percaya, “Jadi ini masih soal flashdisk kamu itu? Astaga! Bukannya aku udah tanggung jawab? Lagian kamu bisa minta aku buat ngetik laporan lagi atau ganti flashdisk kamu kan? Bukan malah milih aku buat duet sama kamu! Kamu ini mikir apa sih?”
“Sayangnya aku nggak nerima ganti rugi macam itu.” kata Runa sambil tersenyum menyebalkan.
BRAK!
Alin menggebrak meja cafe cukup keras, Azula dan Runa sampai berjengit kaget. Untung saja mereka memilih meja outdoor dan pengunjung cafe sedang sepi. Kalau tidak, mungkin sekarang mereka akan menjadi tontonan gratis. Alin sudah tidak bisa bersabar lagi, menunggu Azula dan Runa berhenti berdebat rasanya tidak akan ada habisnya.
“Runa, kamu mending cari pengganti Azula, dia udah sibuk ikut POS.” Ucap Alin dengan tegas.
Azula mengangguk setuju.
“Hmm? Bukannya semua murid SDHS sibuk semua sekarang?” Runa mengetuk-ngetuk pinggiran cangkirnya dengan sendok kemudian menatap Alin dengan tatapan serius.
“Iya, tapi Azula lebih sibuk. Dia ikut lebih dari lima lomba, dia nggak akan sempat ikut lati-“
“Kalau alasannya Azula nggak bisa ikut latihan kan itu masalah pembagian waktu saja.” Potong Runa cepat. “Kalau kamu tetep minta aku mengganti pasangan duet, aku mengundurkan diri,” lanjutnya sambil menyandarkan punggung ke sandaran kursi lalu memperhatikan Alin dan Azula bergantian.
“Mana bisa begitu! Kita harus sudah latihan besok, tidak ada waktu lagi kalau kamu mengundurkan diri!” protes Alin tidak terima.
“Ya itu terserah kamu,” sahut Runa cuek.
Kalau saja sekarang bukan di tempat umum, Azula sudah mencakar-cakar wajah Runa saat ini karena saking kesalnya. Azula beralih menatap Alin yang juga sedang menahan emosinya, sahabatnya itu juga terlihat gelisah. Azula tahu pasti sahabatnya itu sedang memikirkan tentang penampilan perdananya yang terancam berantakan kalau Runa benar-benar mengundurkan diri. Memang bisa saja Runa digantikan, tapi urusannya pasti bakal ribet dan menghabiskan waktu.
Rasanya Azula egois kalau dia tetap keras kepala menolak tampil bersama Runa. Azula tidak tega melihat Alin kecewa, padahal Alin sangat menantikan penampilan perdananya. Azula menggigit bibir bawahnya, dilema. Selama ini Alin sudah selalu meluangkan waktunya untuk menemani Azula ke mana saja karena fobianya. Alin selalu mengkhawatirkannya, memperhatikannya, memberinya rasa aman. Dan selama ini apa yang sudah dilakukan Azula pada Alin? Rasanya Azula belum pernah membalas kebaikan sahabatnya itu.
“Ya udah aku mau.” Kata Azula akhirnya memilih mengalah demi Alin.
Alin menoleh kaget ke arah Azula, tidak percaya Azula mengalah secepat itu pada Runa.