Azula

NuBy
Chapter #14

14 - Rival

Siang ini lomba panahan akan dilaksanakan. Azula yang sudah menanti datangnya hari ini sudah bersiap dari pagi. Dia bahkan datang lebih awal ke sekolah untuk latihan. Semangatnya bertambah ketika teman sekelasnya begitu mendukungnya dan memberinya semangat. Tidak ketinggalan, Alin sang ketua kelas sekaligus sahabat Azula dari pagi juga sudah menemani Azula. Kalau Azula lagi semangat-semangatnya seperti ini dia mudah sekali ceroboh, bikin Alin risau setiap saat. Azula itu mirip anak ayam yang mudah sekali hilang, jadi hari ini Alin tidak bisa melepaskan pengawasannya.

Azula dan Alin baru saja keluar dari kelas untuk turun menuju lapangan utama SDHS. Saat akan menuruni tangga, tiba-tiba seorang siswi menghampiri mereka berdua dan mengatakan kalau Alin dipanggil wali kelas mereka.

“Kenapa Pak Vian manggilnya sekarang sih?” gerutu Alin kesal.

“Ya sudah Lin, gih ke kantor. Nanti kalau udah selesai jangan lupa nonton pertandingannya ya.” Kata Azula sambil tersenyum.

“Padahal pengen nemenin kamu sampai ke medan perang,” sesal Alin dengan bibir manyun.

Azula tertawa lebar sambil memukul pelan lengan Alin, “Apaan sih Lin.”

Dengan ogah-ogahan Alin meninggalkan Azula. Kadang Alin berpikir kenapa dulu dia mau-maunya jadi ketua kelas. Kalau tahu bakal merepotkan seperti ini Alin tidak akan mau jadi ketua kelas. Azula tersenyum geli melihat Alin berjalan dengan lemas seperti itu lalu dia bergegas menuruni tangga. Saat sampai di lantai satu Azula bertemu dengan Emily. Sekretaris OSIS itu terlihat sedang membawa setumpuk dokumen sampai hampir menutupi seluruh wajahnya, sehingga gadis itu tampak kesulitan berjalan, beberapa langkah kemudian Emily tersandung kakinya sendiri, gadis itu tidak jatuh tapi dokumen yang dibawanya jatuh berserakan. Azula langsung berlari menghampiri Emily dan membantunya membereskan dokumen-dokumen itu.

“Terima ka-“ Kata-kata Emily berhenti begitu mengangkat kepalanya dan melihat Azula.

“Ini mau dibawa kemana? Aku bantuin ya.” Kata Azula yang sudah membawa setengah dari dokumen yang tadi diangkat sendiri oleh Emily.

Emily segera membereskan sisa dokumen yang masih berserakan, “Ke gudang, terima kasih sudah bantuin aku.” Emily tidak tahu dia harus merasa senang atau kesal. Senang karena ada yang membantunya tapi di sisi lain dia kesal karena yang membantunya adalah orang yang sudah dia anggap menjadi rivalnya.

Emily melirik Azula beberapa kali saat mereka berdua berjalan menuju gudang. Emily baru sadar kalau dia kalah tinggi dengan Azula. Kemudian dengan memakai pakaian olahraga seperti itu dan rambut Azula yang diikat tinggi menggunakan scrunchies merah, membuat aura girl crush Azula lebih keluar, sangat mengintimidasi Emily. Mungkin hal yang wajar kalau Runa sampai tertarik dengan Azula. Tanpa Emily sadari kedua tangannya meremas dokumen yang dibawanya. Azula tidak berbuat salah padanya tapi Emily tidak menyukai Azula.

“Kasih ke aku sini, kamu buka pintunya.” Kata Azula saat mereka sampai di depan pintu gudang. Setiap lantai di gedung utama SDHS mempunyai gudang yang terletak di pojok.

“Maaf ya jadi ngerepotin kamu.” Kata Emily sambil menumpuk dokumen yang dibawanya ke tumpukan dokumen yang di bawa Azula.

“Santai aja.” Sahut Azula, dia langsung memalingkan pandangannya ketika Emily membuka pintu. Azula sangat tidak menyukai pintu gudang, ketakutannya muncul berkali-kali lipat kalau sudah dihadapkan dengan pintu gudang. Bahkan sekarang Azula mulai merasa mual. “Kenapa kamu bawa dokumen sebanyak ini sendiri? Di mana Runa?” tanyanya Azula.

Tangan Emily yang akan mengambil kembali dokumen dari Azula langsung berhenti di udara. Apa? Kenapa dia harus penasaran dimana Runa? Cih!

“Enggak tahu, dia selalu sibuk.” Jawab Emily, nada biacaranya jadi agak dingin. Padahal Emily tahu tadi Runa bilang dia mau ke lapangan utama untuk mengawasi lomba panahan dan Emily tahu niat Runa yang sebenarnya ke lapangan utama adalah untuk menonton Azula.

“Oh begitu.” Sahut Azula terlihat tidak peduli.

Saat Emily akan mengambil kembali dokumen dari Azula, tiba-tiba ponselnya berdering. “Azula, maaf aku angkat telpon dulu ya? Boleh aku minta tolong letakkan dokumen itu di kardus yang ada tulisannya OSIS?”

Lihat selengkapnya