Azula

NuBy
Chapter #15

15 - Runa(way)

Pintu itu terlihat sangat besar di mata Azula, begitu menakutkan seakan hal buruk ada di baliknya. Azula ingin berlari menjauhi pintu itu, tapi tubuhnya bergerak sendiri tanpa bisa Azula kontrol. Tangannya yang biasanya gemetaran saat akan membuka pintu kini dengan mantap memegang gagang pintu lalu membukanya. Azula tidak bisa berteriak, tidak bisa memalingkan wajahnya, bahakan untuk sekedar menutup mata saja tidak bisa, sehingga hal buruk di balik pintu itu terlihat dengan jelas oleh kedua mata Azula.

Sesosok yang sudah begitu pucat, tangan dan kakinya penuh lebam, rambut yang biasanya selalu Azula lihat bersinar di bawah matahari kini terlihat begitu lusuh dan berantakan, bibir yang selalu tersenyum manis kini berubah menghitam dan terbuka, Azula berteriak histeris, tubuhnya bergetar hebat seakan tidak bisa menerima apa yang terjadi. Mendadak semuanya terlihat gelap dan sunyi.

Azula membuka kedua matanya. Dia terbangun dengan keadaan sudah terduduk, nafasnya terengah-engah dan kedua matanya basah karena air mata. Azula menoleh dan mendapati Runa berada di sampingnya.

“Semua baik-baik saja, tenanglah.” Ucap Runa sambil menepuk-nepuk pelan punggung Azula.

Entah kenapa Azula merasa lega, kedua matanya memanas begitu saja dan tanpa bisa dicegah tangisnya pecah. Azula membiarkan Runa meraih kepalanya dan menyandarkannya ke bahunya. Gadis itu melupakan gengsinya menangis di depan Runa, hatinya terasa sangat sakit saat ini, Azula tidak bisa menahannya. Runa diam membiarkan Azula terisak sambil terus menepuk-nepuk bahu gadis itu, menyalurkan rasa aman untuk Azula.

“Maaf.” Ucap Azula sambil menjauh dari Runa dengan canggung setelah beberapa menit, aneh juga rasanya bersandar pada bahu Runa. Gadis itu menghapus sisa air matanya lalu beranjak ingin turun dari tempat tidur UKS tapi Runa menahannya.

“Mau kemana?” tanya Runa, dia agak terkejut ketika melihat darah keluar lagi dari hidung Azula. Runa segera mengambil tisu lalu menahan darah keluar dari hidung Azula. “Kamu masih mimisan jangan ke mana-mana, Alin lagi ngambil tasmu, dia akan ke sini sebentar lagi.”

Azula menurut, dia hanya bisa pasrah saat Runa mencubit bagian lubang hidungnya dengan hati-hati. Gadis itu mendadak menjadi penurut, dia mengikuti semua arahan Runa agar mimisannya berhenti. Azula jadi berpikir apa dia tadi terlalu memaksakan diri untuk membuka pintu gudang? Tadi Azula sudah memegang gagang pintu dan menekannya tapi tiba-tiba Azula merasa cairan kental keluar dari hidungnya kemudian semuanya menjadi gelap.

“Apa aku didiskualifikasi?” tanya Azula saat Runa membaringkannya dengan posisi kepala lebih tinggi. Ternyata Runa tahu banyak tentang mengatasi mimisan.

“Iya, tapi itu nggak penting, yang penting sekarang itu kondisimu.” Jawab Runa, “Jangan bersin, kalau mau bersin buka mulutmu lebar-lebar supaya udaranya keluar dari mulut bukan dari hidung.” Lanjutnya mengingatkan Azula.

Azula tertawa lemah, “Nggak pentingnya?” Azula merasa sangat kecewa karena melewatkan pertandingan final panahan yang sangat dia nanti, untuk apa dia latihan begitu keras sebelumnya?

Runa menghela nafas sambil menatap Azula yang terlihat kecewa. “Maaf kalau kata-kataku menyinggungmu, kamu boleh merasa kecewa tapi jangan berlarut-larut. Lagipula kelasmu itu yang bakal jadi juara umum POS tahun ini...” Runa tiba-tiba diam, dia tersadar akan sesuatu, “astaga aku keceplosan!” serunya kesal lalu memukul bibirnya dengan kesal.

Azula tertawa geli melihatnya, “Kamu ini tidak profesional, mana ada ketua OSIS membocorkan informasi seperti ini?”

“Jangan bilang siapa-siapa!”

“Walaupun aku enggak bilang siapa-siapa semua orang juga sudah tahu kalau kelas 2-7 yang akan menang.” Kata Azula percaya diri.

Runa mendengus, “Sombong amat!” cibir Runa, dia merasa lega karena telah berhasil mencairkan suasana, bahkan dia berhasil membuat Azula tertawa.

“Terima kasih, ini kedua kalinya kamu menolongku.” Ucap Azula tulus, sebenarnya heran juga kenapa Runa yang menolongnya lagi.

Lihat selengkapnya