Kalau saja kakaknya tidak demam, Runa tidak akan keluar dari rumah. Kakaknya itu sudah melarangnya keluar, tapi Runa tidak bisa hanya diam saat kondisi kakaknya semakin parah. Pemuda itu akhirnya pergi ke apotek dengan memakai kaca mata dan masker. Berharap tidak ada yang mengenali wajahnya dengan mudah. Runa tahu dia tidak bisa bersembunyi seperti ini terus, tapi dia belum siap menghadapi kenyataan.
Baru saja Runa menghembusaan nafas lega karena sudah hampir sampai ke rumah tanpa gangguan, matanya menangkap seorang gadis berseragam sekolahnya berada tak jauh dari rumahnya bersama seorang pria. Runa terkejut ketika mengenali gadis itu yang ternyata adalah Azula, rasa rindu yang dia tahan selama dua hari ini tumpah ruah. Runa sangat merasa bersalah pada Azula karena tidak memberi tahu gadis itu apa yang sebenarnya terjadi dan menghilang selama dua hari ini. Azula pasti sangat kesal dengannya, tapi kenapa gadis itu sampai ke rumahnya? Tunggu, ini belum jam pulang sekolah lalu kenapa Azula bisa di sini? Jangan bilang kalau dia bolos. Runa sudah akan menghampiri Azula ketika dia mengenali pria yang sedang bersama Azula itu.
Seketika tubuh Runa menegang dan terasa panas dingin. Kedua kaki Runa refleks berlari menuju Azula, Runa bisa merasakan kakinya terasa sangat ringan ketika berlari. Hanya butuh beberapa detik Runa berlari mencapai Azula, gadis itu tampak terkejut melihatnya. Runa langsung menarik Azula dan menyembunyikannya di balik badannya. Runa tidak mempedulikan protes Azula. Dengan masih terenggah-enggah Runa menatap tajam pria yang ada di hadapannya. Waktunya sungguh tidak bagus, kenapa harus ada Azula di saat seperti ini?
“Sudah saya bilang jangan kemari kan?” ucap Runa pada pria di hadapannya dengan nada dingin. Azula yang dari tadi mengomel langsung terdiam, dia belum pernah mendengar Runa berbicara dengan nada sedingin ini. Tangan Runa yang masih menggenggam tangannya pun terasa sangat dingin dan bergetar. Ada apa ini?
Pria itu membuka topinya, refleks Runa mundur dengan waspada. Azula jadi semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
“Ternyata kamu sudah besar ya.” Ucap pria itu dengan senyum penuh haru.
“Iya, saya memang sudah besar dan tidak membutuhkan anda lagi! Sebaiknya cepat pergi dari sini!” sahut Runa dengan kasar.
“Runa, kamu kenal Om Rangga? Bicaramu kasar sekali!” omel Azula akhirnya karena tak tahan hanya diam membiarkan Runa berbicara kasar seperti itu dengan orang yang lebih tua.
Kali ini Runa lebih terkejut lagi mendengar kata-kata Azula. Runa yakin dia pasti salah dengar. Mana mungkin Azula mengenali pria ini. Di mana dan kapan Azula bertemu dengan pria ini? Tapi... bagaimana bisa Azula tahu nama dari pria ini? Tidak. Ini pasti mimpi!
“Kamu ini Azula?” tanya pria bernama Rangga itu sambil tersenyum, tidak mempedulikan Runa yang menatapnya dengan tatapan ingin melenyapkan. “Lama tidak bertemu ya.”
Azula mengangguk, “Om Ra-“
“Azula, ayo kita pergi dari sini.” Potong Runa sambil menarik tangan Azula menjauh dari pria itu.
“Kamu ini kenapa sih?” tanya Azula sambil berusaha menarik tangannya tapi tenaga Runa lebih besar.
“Ayah belum selesai bicara.” Ucap pria itu menghentikan langkah kaki Runa dan Azula.
Dengan cepat Azula berbalik dan menatap Rangga dengan tatapan tidak percaya. Ayah? Apa baru saja Rangga menyebut dirinya ayah? Azula beralih menatap Runa yang tampak sangat syok, wajahnya merah padam menahan marah. Azula merasa seperti ada yang memukul dadanya dengan sangat keras. Kenyataan apa ini?
“Ayah? Apa pantas anda menyebut diri anda dengan sebutan ayah setelah apa yang anda lakukan?!” bentak Runa sambil menangis.
“Om Rangga itu ayahmu?” tanya Azula ketakutan, tubuhnya terasa sangat lemas.
“BUKAN! AKU TIDAK PUNYA AYAH!” jawab Runa berteriak histeris.
“Lalu bagaimana dengan Luna?” akhirnya setelah sekian lama Azula menyebut nama itu lagi. tidak perlu mendengar jawaban dari Runa, ekspresi Runa yang bertambah syok membuat Azula sudah mengetahui jawabannya. Lucu sekali. Niat Azula ke rumah Runa tadi adalah untuk memastikan Runa baik-baik saja, tapi sepertinya Tuhan memberinya kejutan. Azula tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi, dadanya terasa sangat sesak seakan seluruh oksigen di bumi ini menghilang.