Sehari sebelum penutupan POS, Azula dan Runa masih belum berangkat ke sekolah. Dua-duanya syok berat setelah kejadian itu. Azula sudah keluar dari rumah sakit tapi kondisinya masih belum stabil, dia masih sering menangis dan entah sudah berapa kali Azula membaca surat dari Luna, mungkin seratus kali lebih. Dia jadi seperti zombie yang berdiam diri di kamar. Azula seperti kehilangan semangat hidup, dia juga sudah tidak tertarik lagi dengan acara penutupan POS.
Seperti hari ini setelah meminum obatnya, Azula kembali meringkuk di bawah selimut sambil membaca surat dari Luna lagi. Ketika mata Azula mulai terasa berat, ponselnya berbunyi. Dengan malas Azula meraih ponsel dan membuka notifikasi pesan baru. Dua hari ini dia bahkan mengabaikan chat dari Alin, sepertinya Azula harus mengirimkan chat pada Alin, sahabatnya itu pasti khawatir.
Runa : Aku udah ada di depan rumahmu
Hah? Mata Azula yang tadinya sudah mengantuk kini kembali terbuka lebar, dia melompat turun dari ranjangnya lalu mengintip lewat jendela kamarnya, ternyara benar, Runa ada di depan gerbang rumahnya, berdiri di samping mobil sambil sibuk dengan ponselnya. Ponsel Azula kembali berbunyi.
Runa : Hari ini kita masih bisa latihan, aku nggak maksa sih kamu mau apa enggak
Runa : Kalau kamu masih mau tampil, aku tungguin. Kalau enggak, aku pulang.
Azula menghela nafas panjang, di saat seperti ini kenapa Runa masih ingin latihan sih? Apa dia tidak merasa sedih?
Runa : Jangan bilang kamu masih sedih terus.
Runa : Luna nulis di surat itu dia suka kamu nyanyi sama nari kan?
Azula tertegun membaca chat dari Runa. Dia ingat saat Luna mengatakan kalau dia menyukai nyanyiannya. Azula menggigit bibirnya, masih ragu untuk memutuskan untuk mengiyakan ajakan Runa atau menolaknya.
Runa : Waktunya move on dari masa lalu, aku yakin Luna akan mengejekmu belut pingsan kalau kamu diem di kamar mulu sambil nangis.
Runa : Aku juga merasa sedih, La. Tapi aku sadar, kita harus tetap melanjutkan hidup. Luna pasti juga tidak mau kita terus-menerus sedih seperti ini. Apa kamu ingin Alin kecewa karena kamu tidak jadi tampil? Jangan melakukan hal yang akan kamu sesali nantinya.
Dengan cepat Azula membuka jendela kamarnya, “Aku ikut!” teriaknya pada Runa yang membuat pemuda itu kaget lalu mencari-cari dari mana suara teriakan itu berasal, mata Runa berbinar saat menemukan Azula yang terlihat dari jendela kamar, pemuda itu langsung mengacungkan jempolnya.
Azula segera bersiap-siap ke sekolah. Ini sudah jam sembilan lewat Azula tidak peduli. Mana mau Azula diejek dengan sebutan belut pingsan oleh Runa! Azula tersenyum kecil, benar kata Runa, dia tidak boleh seperti ini terus. Azula juga tidak ingin mengecewakan Alin. Runa terluka sama sepertinya, tapi dia mencoba untuk bangkit, Azula ingin bangkit juga.
***
Acara penutupan POS akhirnya datang juga. Sebagian besar murid di SDHS sebenarnya lebih menyukai acara penutupannya dari pada POSnya sendiri. Mungkin karena acaranya bahkan lebih menarik dari festival ulang tahun sekolah, acara penutupan Pekan Olahraga Sekolah memiliki banyak kejutan dan selalu menciptakan moment yang tak terlupakan.
Tidak seperti acara penutupan POS tahun lalu yang Azula sangat aktif kesana kemari seperti bocah yang penuh energi, kali ini dia duduk dengan gelisah di belakang panggung menunggu giliran tampil. Padahal selama latihan Azula tidak pernah gugup, tapi begitu melihat panggung yang lumayan besar tadi pagi, tiba-tiba jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Azula bahkan harus bolak-balik ditemani Alin ke toilet saking groginya. Azula merasa dirinya memang lebih cocok petakilan di lapangan dari pada bernyanyi di panggung.
Ditambah latihan terakhir mereka kemarin sangat kacau. Azula dan Runa berkali-kali salah lirik dan kadang lupa dengan giliran menyanyikan bagiannya. Alin berusaha memakluminya tapi tidak dengan anak band lain yang tidak tahu apa yang terjadi. Mereka bahkan menyarankan agar Runa dan Azula tidak usah tampil saja, mengakibatkan sempat hampir terjadi cek cok antara Runa dan personil band sekolah.
Akhirnya Alin menengahi dengan menyarankan Azula dan Runa berlatih bersama di rumah. Alin memarahi teman-temannya karena bersikap tidak profesional.
“Kan kita yang mengadakan event ini, masa kalian kita yang membatalkannya juga? Inget, Runa pernah belain kita di depan Pak Haris demi bisa tetap tampil sama kita!” omel Alin lalu minta maaf pada Runa dan Azula. “Malu woi!” bentak Alin yang langsung membuat teman-temannya kicep lalu ikut minta maaf.
Azula jadi ragu dia akan tampil baik meskipun semalaman dia berlatih bersama Runa di rumahnya. Mereka mungkin tidak akan berhenti latihan kalau Afkar tidak mengingatkan saat itu sudah pukul satu malam.
“Jangan grogi, kan ada aku.” Celetuk Runa yang duduk di samping Azula.