Bagiku kondisi Jakarta masih begitu-begitu saja, dengan padatnya penumpang yang menghiasi perjalananku di atas kereta. Aku hanya bisa termenung sambil membayangkan mimpi-mimpiku agar terwujud indah di kemudian hari. Aku hanya menggunakan prinsip, bahwa mimpi saja dulu, toh juga belum dilarang bukan?
***
Tiga belas jam perjalanan Jakarta-Kediri benar-benar sangat terasa dan melelahkan. Badanku pegal-pegal dan aku hanya bisa melihat langit di balik jendela kereta. Salat pun aku tunaikan dengan posisi duduk, wajar saja kereta yang kutumpangi adalah kereta ekonomi. Sebelum berangkat pun pihak lembaga kursus yang kutuju telah menanyakan terkait jam tibaku di Stasiun Kediri. Aku sudah prediksi sekitar jam enam atau setengah tujuh pagi. Ternyata tidak jauh dari itu. Jam 06.20 WIB keretaku sampai di stasiun. Sembari dalam hati yang terus memanjatkan doa, “Ya Allah, tuntun hambaMu ini sampai tujuan dengan selamat.”
Aku kembali menghubungi pihak lembaga kursus.
“Maaf, Mas. Saya sudah sampai di stasiun. Nanti yang jemput saya siapa, yah?” ucapku melalui telepon ke pihak lembaga.
“Oh, iya, Mas. Nanti ada mobil putih yang parkir di dekat pintu keluar, sopirnya pakai baju warna kuning plus topi hitam. Coba mas jalan ke situ saja.” balasnya.
Pihak lembaga pun sambil mengarahkanku menuju lokasi parkir mobil yang akan mengantarku hingga ke lokasi kursus.
Aku juga baru tahu ternyata lokasi lembaga kursusku masih jauh dari stasiun ini.
“Maaf, Pak. Bapak yang mau jemput calon member (anggota) untuk kursus di Pare, yah?” tanyaku.
Aku sudah menemukan orang yang persis dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh pihak lembaga tadi. Aku pun lalu menanyakan lebih detail terkait nama lembaga yang menugaskannya untuk menjemputku.
“Oh, iya, Mas. Dengan Mas Muhammad Azzam, yah?” Pak Sopir pun bertanya balik kepadaku.
“Benar, Pak. Saya dengan Azzam. Berarti benar yah, Pak.” ucapku. Aku pun mulai tenang, karena sudah bertemu dengan Bapak Sopir yang pihak lembaga maksud.
“Silakan naik, Mas. Barangnya ini saja?” Pak Sopir kembali bertanya terkait barang yang aku bawa dan mempersilakanku naik ke mobilnya.
“Benar, Pak. Itu saja.” jawabku.
“Permisi, Mas. Sabuknya jangan lupa dipasang yah, Mas.” pinta Pak Sopir.
“Baik, Pak.” aku pun mengikuti permintaan dari beliau.
“Oh yah, Pak. Perjalanan ke Kampung Inggris berapa lama, yah? Jauh yah, Pak?” aku kembali bertanya.
“Mas, pertama kali ke Pare yah, Mas?” belum dijawab sama bapaknya, eh malah bertanya balik kepadaku.
“Benar, Pak. Ini pertama kalinya saya ke Pare.” Jawabku polos.
“Iya, Mas. Jadi perjalanan sekitar tiga puluh menitan dari sini.” jawab Pak Sopir.
“Oh lumayan juga yah, Pak. Hehehe…” jawabku kembali.
“Emangnya, Mas aslinya dari mana? Terus ke Pare tujuannya buat apa, Mas?” bapaknya pun bertanya lagi padaku.