Balia POV
Sepagi ini gue udah bangun karena ini hari spesialnya gue sama Binar. Iya! Kita ulang tahun yang ke enam belas.
Biasa dengerin lagu-lagu kesukaan Binar di atap yang suaranya entah kenapa terdengar sampai kamar gue. Biasa pagi-pagi gue suka liat dia ngomong sama tanaman yang entah itu tanaman apa, justru sekarang dia masih tidur, apa jangan-jangan gue yang kepagian, sih!
Gue milirik ke jam yang ada di atas meja. Astagfirullah! Sekarang jarum panjangnya berjalan kearah satu, sedangkan jarum pendeknya tepat berada di angka tiga. Gue terlalu antusias untuk acara spesial gue hari ini. Gue berharap dan berdoa semoga tahun ini Binar ngucapin gue ulang tahun. Walaupun dia ngucapinnya dalem hati juga seneng, tapi sayangnya gue nggak bisa denger.
Setiap tahun gue selalu antusias untuk merayakan ulang tahun gue sama Binar, sementara Binar yang masa bodo dengan hari spesialnya itu.
Tadi malam pun gue memikirkan sesuatu untuk buat Binar kesel di hari ulang tahunnya, tadi malam juga gue udah buat rekaman nyanyian selamat ulang tahun untuk Binar dengan suara dan nada yang bikin gue nggak bisa berhenti untuk ketawa.
Untuk menunggu Binar bangun pun gue balik tidur lagi dan pasang alarm tepat waktu subuh. Pasti pagi pagi Binar selalu nanya, “Bal, Lo tadi nggak sholat subuh, ya?” dengan mata masih mengantuk gue pun mengangguk, jawab. “Kesiangan.”