Setelah sholat subuh Balia turun ke kamar Gita untuk meletakkan handphone Binar agar orang itu tidak curiga. Balia melihat pun Binar sudah kembali tidur setelah sholat subuh, pasalnya selimut yang tadi malam sudah ia lipat dan letakkan di bawah kakinya.
Tinggal menunggu beberapa menit lagi untuk memastikan Binar benar-benar pulas. Balia kembali ke kamarnya untuk mengambil solasi dan kertas, menuliskan ucapan selamat ulang tahun juga beberapa doa dari Balia untuk Binar.
Setelah itu ia kembali ke kamar Gita untuk menempelkan kertas di wajah Binar, lalu menempelkan banyak solasi agar kertas itu tidak terjatuh. Melihat wajah Binar tertutup kertas putih membuat Balia tidak bisa menaha tawanya dan ia pun memilih untuk keluar sebelum Binar menyadarinya.
-
Seperti biasa, Binar dan Balia kadang suka berjalan membeli bubur di depan komplek rumahnya. Dari seberang jalan ternyata ia melihat tukang bubur langganannya tidak berjualan, namun ada orang lain yang menggantikan.
Balia masuk ke supermarket untuk membeli pesanan Gita-adik kecilnya, sementara Binar menyebrang jalan untuk membeli bubur.
“Bang, buburnya empat ya?” tukang bubur bertato itu mengangguk sambil menyiapkan pesana Binar. Anehnya, saat ia menatap wajah tukang bubur itu, mengapa wajah Akbar yang Binar lihat? Binar mundur beberapa langkah sangking terkejutnya.
“Tukang bubur yang biasa di sini ke mana, ya?” Binar bertanya sambil membuka ponsel. Tukang bubur itu langsung menatap tajam mata Binar dan langsung mencengkram lengannya kuat-kuat, Binar yang kalah tenaga pun mengikuti ke mana arah langkah kaki orang itu sambil terus berontak.
Orang-orang yang melihat seakan-akan buta, padahal Binar terus berontak dan berteriak minta dilepaskan. Cengkramannya pada tangan Binar membuat perempuan itu meringis dan akhirnya mengeluarkan air mata.
“Tolooong!!!” satu pun orang yang lalu lalang tidak ada yang membantu, mereka justru seperti tidak melihat keberadaan Binar. Pandangan perempuan itu tidak lepas dari supermarket yang ada diseberang sana. Binar benar-benar diseret dan entah mau dibawa ke mana. Perasannya sudah kalang kabut dan ia pun terus menangis karena lengannya terus dicengkram oleh orang itu.
“Saya itu benciii banget sama kamu!!!”
-
Binar terbangun dari tidurnya, ia melihat pandangannya yang tertutup selembar kertas. Perempuan itu meraba sekitar untuk turun. Pasti ini kerjaannya Balia.