Setelah kemarin libur Binar membantu Maminya Balia untuk membuat kue, siangnya Mami dan Ibu pergi untuk arisan teman-teman SMP-nya.
Balia pun hari itu pergi ke rumah temannya. Sementara Binar dan lainnya menghabiskan waktu di rumah Balia dengan menonton film.
-
Senin adalah hari yang paling membosankan untuk semua siswa dan siswi. Hari yang selalu menjadi sasaran untuk dikutuk. Pagi ini juga sekolah barunya mengadakan upacara bendera seperti biasa.
Binar sudah berbaris di depan dengan satu teman lainnya. Tak lama Balia berdiri di samping Binar sambil membetulkan dasinya yang belum dipakai sebelum upacara di mulai.
"Ih, ngapain Lo baris di sini?" Binar berkata sinis, menatap Balia dengan tidak suka.
"Kenapa? Masalah buat, Lo!"
"Orang tinggi kan barisnya di belakang." Binar berkata jutek sambil memalingkan wajahnya, memperhatikan seseorang yang sedang menyiapkan barisan. Perempuan itu tahu betul kehadiran Balia di sini hanya ingin membuatnya kesal.
"Gue nggak tinggi." Balia mensejajarkan tingginya dengan tinggi perempuan di sampingnya. Membuat Binar yang melihat semakin kesal.
"Baliaaa!!! Lo-"
"Perhatian! Itu anak kelas sepuluh IPS 4 masih berisik aja." Seorang guru mengeraskan suaranya dengan microfon. Binar yang merasa pura-pura melihat ke belakang, memperhatikan teman-temannya yang juga masih berisik entah membicarakan apa.
Seketika barisan kelas ini menjadi rapi setelah guru itu menghampiri. "Gue nggak mau baris di belakang, soalnya kan nanti keringetan. Kalo keringetan nanti gue tambah ganteng, Nar." Balia berbicara dengan pandangan yang lurus dan mulut yang tetap diam. Seolah orang melihatnya sedang diam padahal sedang berbicara.
Binar yang mendengar menghembuskan napas kasar. Sepagi ini sudah mendengar kata-kata orang yang paling percaya diri sejagat raya.