B A L I A

Wulansaf
Chapter #16

L I M A B E L A S

Setelah mengajar Gita mengaji di kamarnya. Binar keluar sambil membawa buku paket ekonomi juga buku besar untuk menyalin rangkuman. 

  Binar mulai menulis bab pertama dari pelajaran ekonomi. Sementara Balia baru saja mengantar Akbar keluar untuk pulang, membukakan pintu gerbang yang terkunci. Ia membukanya dan mencari keberadaan Pak Yanto. 

  Setelah itu motor Akbar keluar dan orang itu menghilang di kelokan jalan. Balia berpikir sejenak, kalau kunci pagar rumah ia yang pegang dan Pak Yanto pun tidak ada di rumah, lalu Binar ke rumahnya lewat mana? Orang itu langsung mengunci pagar dan berjalan cepat menemui Binar. 

  "Nar, Lo manjat tembok lagi?" Balia bertanya sambil mengeluarkan buku ekonominya juga. Meletakkan buku itu di samping Binar yang mengerjakannya sambil tiduran. 

  Binar hanya mengangguk. "Lo nggak pernah denger apa? Ibu Lo selalu marah kalo Lo manjat tembok rumah." 

  "Trus dia bilang. 'biarin, Binar emang udah kaya kera betina dari kecil' " Balia dan Binar serentak menirukan suara khas Ibunya itu. Mereka saling tatap kemudian tertawa. 

  "Stttt, udah ya, jangan ganggu. Gue mau ngerjain tugas!" Binar bangun, kemudian berjalan ke kamar Gita untuk mengambil bantal dan kembali lagi ke ruang tamu. Meletakkan bantal di sofa. 

  Si kecil Sagita sedang asik menonton kartun kesukaannya. Sementara Dean entah sedang apa di kamar, sedari tadi orang itu belum keluar kamar setelah pulang sekolah. 

  "Woy! Katanya mau ngerjain rangkuman. Lo malah tidur!" Balia melempar penghapus dan mengarahkannya pada Binar. 

  Orang yang di lempar sudah memejamkan mata. "Iya ini mau ngerjain, Bal. Makanya jangan berisik." Binar menutup kupingnya dengan bantal, enggan mendengar suara Balia lagi. 

  "Ngerjain dalam mimpi kali!" Mendengar hal itu Binar hanya mengacungkan jempolnya tanda setuju. 

-

  Binar mengerjap beberapa detik, berpikir ia sedang berada di mana setelah merasa tertidur cukup lama. Perempuan itu mengucek matanya pelan, melihat Balia tertidur di atas buku-bukunya, melihat jam di atas sana, ternyata baru jam tiga subuh. 

  Sagita juga tertidur di sofa bersama dengannya. Binar menepuk jidat, ia lupa kalau dirinya belum shalat isya. 

  Perempuan itu membangunkan Balia yang tertidur tidak jauh darinya. 

  "Bal, bangun. Kunci pagar mana?" Balia membuka matanya. Menatap sekitar. "Kok gue ada di sini, Nar? Sagita juga tidur di kursi." 

  "Mana gue tau! Cepetan gue mau pulang." Binar berdiri, sementara Balia mencari kunci pagar di bawah televisi, kemudian mengikuti langkah Binar yang masih mengantuk. 

  Balia membuka pagar rumahnya. Binar pun keluar dan ingin membuka pagar rumahnya yang sudah terkunci. Perempuan itu berdecak kesal.

Lihat selengkapnya