B A L I A

Wulansaf
Chapter #23

D U A P U L U H D U A

Sepagi ini Binar sudah bangun dan rapi, mengintip rumah Balia yang masih tertutup rapat. Pintu pagarnya pun belum terbuka, biasanya ia sudah menyapa Binar sambil membuka pagar, tapi pagi ini orang itu belum menampakkan dirinya dan membuat kesal Binar hampir setiap pagi. 

  "Mungkin dia udah tobat buat kesel orang." Binar bergumam dalam hati. Menaiki tangga untuk memanjat tembok yang tidak terlalu tinggi. 

  Binar berjalan menuju pintu rumah Balia yang masih tertutup. Orang itu berdiri satu langkah di depan pintu itu, menatapnya lekat-lekat. Maju satu langkah untuk meraih gagang pintunya. 

  Sebelum tangannya sampai, pintu itu sudah terbuka duluan. Balia muncul dari pintu yang sengaja ia buka. 

   "Selamaaat pagiii! Pasti lagi nunggu ucapan kaya biasanya, kaaan?" Balia tersenyum sambil merapihkan rambutnya yang masih basah. Berdiri di ambang pintu menatap Binar yang terkejut. 

   "Apaan, sih! Geer banget!" Binar langsung masuk dan Balia yang tiba-tiba menyingkir dari ambang pintu. 

  Perempuan itu langsung naik ke atas untuk menyiram tanaman kesayangannya. Sementara Balia mengekor dari balakang. 

 "Nar, cari sarapan, yuk!" 

 "Sebentar, tanamannya disiram dulu." Binar mengangkat alat penyiram tanamannya itu dengan susah payah. Balia yang melihatnya langsung mengambil alat penyiram itu dari tangan Balia. 

 "Aduh, gimana sih! Ngangkat gini aja nggak kuat. Isi airnya jangan banyak-banyak biar nggak berat." Balia mulai menyiram tanaman Binar dengan perlahan. 

 "Atau Lo mau jadi asisten-" 

 "Nggak, makasih!" Belum menyelesaikan kalimatnya Balia langsung memotong. Ia sudah tahu apa maksud Binar. 

 "Yuk, cepetan. Nanti gorengannya keburu abis." Balia meletakkan penyiram tanaman itu di atas meja. Berjalan duluan ke luar rooftop rumahnya. 

  Binar juga ikut berjalan keluar, menunggu di meja makan. 

  "De, ikut sarapan nggak sama Binar?" Balia membuka pintu kamar Dean dan menghidupkan lampu kamarnya. Orang itu masih berkemul dengan selimut hangatnya. 

  "Bungkus. Trus matiin lampunya lagi." Dean mengerjap setelah terangnya lampu itu mengganggu tidurnya. 

  "Matiin sendiri, lah." Balia menutup pintu kamar adiknya itu. Selain membuat Binar kesal setiap pagi, jangan lupa kalau semua orang yang berada di dalam rumah ini turut dibuat kesal oleh kelakuan Balia yang menyebalkan.

  "Baliaaa!!" 

  "Yuk, Nar." Balia memakai topinya, berjalan keluar rumah dan menyadari sesuatu. "Lo manjat tembok lagi?" Orang yang ditanya hanya mengangguk pelan. Balia langsung membuka pintu pagar dan Balia berjalan ke garasi untuk mengeluarkan sepedanya. 

Lihat selengkapnya