Mereka kembali ke rumah setelah menghabiskan sarapannya. Binar menemani Gita sarapan di meja makan sambil memainkan ponselnya.
Sedari tadi Balia sibuk mengeluarkan kertas selembaran dan pensil warna milik Sagita. Orang itu seperti membuat tulisan sesuatu, tapi Binar abai karena kelakuan Balia pagi ini.
Balia keluar sambil membawa selembaran kertas yang ingin ia tempel di depan pintu. Orang itu menggunting solatip yang ia gunakan untuk menempelkan kertasnya. Saat sudah menempel dengan sempurna, ia kembali ke dalam dan menutup pintunya.
Menunggu seseorang mengirim pesan. Lima belas menit orang itu hanya mondar-mandir tidak karuan. Binar yang melihatnya pun enggan. Kelakuan sahabatnya satu ini selalu nyeleneh.
Setelah lama menunggu satu notifikasi masuk ke gawainya. Balia segera membuka pintu yang sengaja ia kunci.
"Dengan siapa, ya? Maaf saya nggak kenal."
"Jangan gila deh, Bal! Makin banyak ulah Lo lama-lama, heran!"
"Atau kamu nggak bisa baca saya nulis apa di depan pintu?" Caca langsung mundur beberapa langkah untuk membacanya.
"Tamu yang tidak membawa buah tangan dilarang masuk. Binaaar, nih temen Lo banyak ulah!" Caca langsung memberikan plastik berisi roti pada Balia.
Balia langsung menanggapi plastik itu dengan senang hati. Mempersilahkan Caca masuk dengan senyuman manisnya. "Selamat datang. Anggap aja rumah orang lain. Soalnya kalo nganggep rumah sendiri ntar Lo nggak tahu diri!" Balia langsung pergi meninggalkan Caca di ambang pintu. Membawa plastik berisi roti ke meja makan. Caca yang mendengarnya langsung menatap punggung Balia dengan kesal. Pantas Binar selalu naik pitam menghadapi orang yang satu ini. Benar-benar menyebalkan ya Tuhan!
"Ada Caca di depan." Balia membuka plastik itu, mengeluarkan semua isi rotinya.
"Bohong!"
"Binaaar..." Orang yang dipanggil menoleh, langsung berdiri menghampiri Caca dan memeluknya erat.
"Katanya Lo kesininya besok!" Binar menatap mata Caca. Orang itu pun terlihat bingung. "Hah? Kapan gue ngomongnya?" Balia yang mendengar percakapan mereka segera menghindar.
"Tadi kan Balia nelpon Lo, Ca!" Caca langsung mengecek ponselnya. Ia memberi tahu Binar, tidak ada panggilan masuk dari Balia.
Binar celingukan mencari keberadaan Balia yang tiba-tiba menghilang.
"Trus tau nggak Nar? Di depan pintu ada tulisan 'Tamu yang tidak membawa buah tangan dilarang masuk' dan gue nggak bilang siapa-siapa kalo gue mau dateng ke sini."