Senin pagi ini siswa-siswi kembali masuk sekolah untuk pertama kalinya setelah dua minggu liburan sekolah yang tidak berarti apa-apa.
Bahkan, semuanya kompak menjawab saat guru bertanya. "Gimana liburannya?" Semua anak-anak pasti jawab. "Kuraaang."
Apalagi hari pertama masuk sekolah sering amnesia. Sebenarnya di hari pertama ngapain aja? Belajar apa nggak? Guru masuk apa nggak? Sepuluh tahun sekolah masih aja nanya sama diri sendiri.
Binar sepagi ini sudah duduk sambil membaca novelnya. Seakan-akan buku menjadi sarapan utamanya.
Jam enam lewat sepuluh Balia baru sampai di sekolah. Mengenakan jaket krem yang sama dengan Binar. Membuka dan menentengnya setelah sampai di sekolah.
Balia melewati bangku Binar sambil mengucapkan ucapan selamat paginya. "Selamat pagiii..." ucap Balia pelan, cara jalannya pun seperti malas-malasan.
Jangan harap dapat balasan, melihat siapa laki-laki yang menyapanya saja enggan. Masih fokus membaca.
Di kelas sebelas ini juga ada perubahan, sudah tidak duduk seperti yang ditentukan Bu Iin. Semuanya bebas memilih di mana mereka akan duduk.
Bel masuk berbunyi, Binar menutup bukunya dan mengambil topi di dalam tasnya. Berjalan bersama teman-temannya untuk berbaris di lapangan.
Teman-temannya Binar sibuk membicarakan perihal liburan mereka yang sama-sama tidak bermanfaat.
"Gue di rumah cuma makan tidur doang."
"Sama, mana pipi makin chubby lagi." Ola berkaca pada handphonenya.
"Lo liburan ngapain, Put?" Binar buka suara, ikut nimbrung.
"Skincare-an laaahhh." Elvina, Lisa dan Yunita kompak menjawab.
"Oh, iya dong. Kan nggak ada yang lebih penting daripada skincare." Putri membela dirinya.
Suara orang di depan sana membuat semua siswa-siswi terdiam. Pak Hendri berkeliling sambil mengapit kemoceng di ketiaknya. Belum lagi guru ekonomi yang berkeliling itu, membuat semua orang yang sehabis dilewatinya mendadak diam. Balia segera baris di samping Binar.
"Kalo Lo liburan kemana, Nar?" Balia basa-basi membuka suara. Bahkan, suaranya pelan sekali sampai mulutnya tidak terlihat bergerak.
Binar yang mendengar mengernyitkan dahinya, tidak terlalu mendengar Balia mengucapkan apa-apa, Binar hanya melongo tanda ia tak mengerti apa yang diucapkan orang yang berdiri di sebelahnya.
Balia pura-pura membenarkan tali sepatunya yang bahkan masih terikat rapi, orang itu mendongak menghadap Binar. "LO LIBURAN KEMANA AJA!"