Balia POV
Gue inget, waktu kelas sebelas gue pernah nonton teater bareng anak-anak kelasan. Gue juga sengaja ajak Binar berangkat bareng. Dan kali ini Binar tampil beda banget, cantik.
Di depan gedung pertunjukkan ada supermarket. Jadi Binar ke sana untuk beli beberapa coklat sebagai hadiah bagi para pemainnya.
Waktu itu gue sama Binar lagi nunggu anak kelasan bareng Naya juga. Kita lagi asik cerita-cerita kaya biasa.
Tapi, suasana semakin ramai karena emang acara sekolahan. Anak-anak dari sekolah mana aja datang buat menyaksikan teman-teman mereka tampil. Bahkan dari keluarga mereka pun ikut nonton. Nggak kebayang suasana ramainya gedung itu gimana. Ditambah lagi pakaian mereka nyentrik semua, berdandan bagi yang perempuannya.
Dari sepuluh menit yang lalu gue ngerasa ada yang nggak beres sama Binar. Dia dari tadi celingukan nggak jelas entah nyari apa.
Suasana pun semakin ramai waktu acara mau dimulai. Binar tiba-tiba memegang tangan Naya dengan erat, pandangannya fokus pada satu titik. Naya pun yang menyadari hal itu langsung menatap gue dengan bingung.
"Nar..." Gue melambaikan tangan ke wajah Binar. Orang itu nggak berkedip sama sekali. Bibirnya tiba-tiba pucat dan wajahnya seketika berkeringat.
"Cantik banget pacar akuuu..." El datang dengan ciri khasnya yang kadang suka manggil Binar sebagai pacar.
Binar pun enggan menanggapi sapaan El barusan, justru tatapannya terfokus pada kerumunan orang yang memang benar-benar ramai di sebelah sana.
"Guys, tungguin gue bentar ya. Mau nyamper Putri di depan gerbang." Balia dan Naya tidak ada yang menanggapi perkataan El barusan.