Hari ini tepat tanggal tujuh belas bulan ke delapan. Sekolahnya sama seperti sekolah yang lain, memperingati upacara kemerdekaan Republik Indonesia.
Semua barisan sudah disiapkan berkat Pak Lumban yang turun tangan, ditambah Pak Hendri yang enggan melepaskan kemoceng dari ketiaknya.
Hari ini cuacanya cerah sekali, burung-burung berterbangan di atas kepala seperti ikut upacara. Binar menatap kagum pasukan paskibra yang dipimpin teman sekelasnya-Ratu.
Selain cantik dan berhijab, Ratu juga paling berbakat dalam urusan memimpin pasukan paskibra, hari ini ia tampil menawan dengan seragam merah meronanya ditambah mahkota putih berkilau yang dipakai diatas hijabnya.
Semua menatap kagum saat Ratu berteriak lantang menyiapkan pasukannya untuk mengibarkan bendera.
Upacara kali ini berjalan dengan khidmat berbeda dari biasanya.
-
Bel istirahat berbunyi saat Binar dan Putri berada di jalan menuju kantin. Orang itu cepat-cepat membeli makanan yang dipesan oleh teman-teman yang malas untuk ke kantin.
Binar melihat di tempat penjual geprek ramai sekali sampai semua orang berdesakan agar tidak kehabisan. Ia pun mengalihkan pandangannya dan berjalan lurus ke depan, tapi salah satu orang yang mengantre di sana sempat-sempatnya menatap ke belakang untuk menatap Binar walau dalam antrean.
Walaupun tatapan matanya lurus, tapi ia tahu betul siapa yang barusan menatapnya dalam antrean. Jangan salah, Binar orang paling peka terhadap sesuatu yang ia rasa.
Di kelas dua belas Binar bisa sesuka hati bisa ke kantin saat bel istirahat, karena tidak ada lagi yang meneriaki namanya ditengah kerumunan orang, orang itu sudah lulus, dan entah kuliah di mana, Binar tidak tahu dan tidak mau tahu!
Koridor di lantai dua sepi, Binar menggandeng tangan Putri sambil bernyanyi. "Berpeganglah tangan... satu dalam cita...untuk masa depan...Indonesia! Indonesia! Jayaaaa!!!"
"Lagu apa deh Nar, itu? Enak lagunya"
"Lagu wajib! Masa Lo nggak tahu." Binar memelototi Putri yang terdiam setelah selesai Binar nyanyikan.
"Nggak! Gue nggak tahu sumpah!"
"Ya karena Lo dodol, Put!"
"Keripikk dateeeengg!!" Putri menumpahkan isi kantung plastik di tengah-tengah meja.
Binar dan Putri segera bergabung dengan yang lain untuk makan bekal masing-masing.
"Iya, Ayah gue itu aneh masalahnya. Masa waktu SMP dia dateng ke sekolah trus masuk sambil teriak-teriak. 'Ratuuu...Ratuuu. Mana anak saya Ratu?' trus temen-temen SMP gue ketakutan, trus gue jadi di cari-cari orang, katanya ada Ayah gue dateng, trus gue samperin dong. Lo tahu nggak, Ayah gue ngapain ke sekolah?"
"Ngapain?"
"Ngajak ke pantai dong siang-siang." Mendengar jawaban Ratu, Binar dan lainnya seketika tawanya pecah, menatap Ratu dengan bingung. "Seriusan Ayah Lo ngajak ke pantai?"