Istirahat kedua, setelah shalat Dzuhur berjamaah, Balia sedang menunggu Pak Am untuk membicarakan sesuatu, ia menunggu tepat di depan ruang guru.
Beberapa langkah darinya ada Binar yang sedang memeluk mukenanya dan bersandar pada kursi, menunggu teman-temannya yang sedang berada di toilet. Bahkan ia sedang memikirkan mimpinya tadi malam yang semoga saja bukan suatu firasat apa-apa. Apalagi saat mengingat, kalau besok lusa Balia akan menikmati liburannya.
"Hai." Balia melambaikan tangan saat Binar menatapnya dari bangku itu. Binar tersenyum menatap Balia, kemudian pandangannya terfokus pada segerombol orang yang menuju ke sini. Wajah Binar seketika berubah, senyuman diwajahnya memudar.
Mulai dari tempat Balia duduk, seseorang memprovokasi untuk mentertawakan perempuan yang sedang duduk di sana, seakan-akan ruangan ini didominasi oleh suara tawanya yang bergema di telinga, begitu menyayat hati dan membuat terluka.
Bowo mengejek Binar dengan suara pelannya, anehnya semua teman-temannya ikut tertawa dan Binar merasa terhina. Ia sampai tak sadar kalau air matanya keluar dengan percuma.
Semua teman-temannya Bowo menatap Binar dengan tatapan mengejek. Seolah-olah ia orang paling hina sedunia.
Binar berdiri, menatap punggung orang itu yang masih menikmati tawanya.
Binar berlari menghampiri Bowo dan menarik bajunya, mendorong tubuhnya ke tembok dan enggan melepaskan cengkraman pada baju sekolahnya.
"Coba kata-katain gue di depan muka gue! Jangan beraninya Lo keroyokan, anjing! Ini udah dua tahun gue diem dan nggak ngelakuin apa-apa. Gue coba sabar tapi gue nggak bisa, ngebiarin Anjing berkeliaran yang bisanya menghina orang!"
Teman-temannya Bowo hanya memperhatikan Binar yang sekarang sedang menjadi pusat perhatian.
"Lo pikir Lo orang paling sempurna yang bisa menghina fisik orang! Jelek aja belagu pake menghina anak orang segala, gimana Lo ganteng? Abis anak orang diinjak-injak sama Lo! ANJING EMANG, LO!!! Sekali-kali Lo harus masuk kelas gue! Lo liat temen-temen cowok gue yang sedikit pun nggak pernah dan emang nggak mau menghina gue! Sekali pun gue nggak pernah denger mereka ketawa dan beda sama temen-temen kelasan Lo yang bahkan selama ini gue nggak tahu di diri gue ada apa! Berani Lo menghina dan ngetawain orang tanpa sebab!!" Binar melepaskan cengkraman pada baju orang di depannya. Orang itu benar-benar tidak bisa berkutik apa-apa. Hanya diam dan beberapa kali menatap teman-temannya seolah-olah ia ingin meminta pertolongan dan ingin dibela.