(B) UTUH

Basmalahku
Chapter #2

Nyaman


Hari pertama dikelas ini terasa sangat nyaman. Kelasnya tenang, tidak terlalu berisik seperti kelas XI dulu.

Semua muridnya ramah, dan baru beberapa saat disini, aku sudah hampir mengenal semua orang. Aldi benar. Kelas ini memang menyenangkan. Entah waktu itu dia beneran tahu atau hanya menebak tetapi kelas ini benar-benar seru. Apalagi ada Reza dan Nara, persis seperti yang dikatakan Nadia, mereka memang dua makhluk yang tidak akan pernah bisa akur.

Karena mereka berdua, kelas ini menjadi ramai. Ada Reza yang tidak pernah berhenti membuat Nara kesal, dan Nara yang tidak pernah mau mengalah sama sekali.

Sepertinya momen-momen seperti ini yang akan dirindukan setelah lulus nanti.

"Selamat pagi," sapa Bu Henny, guru mata pelajaran fisika. Seketika, semua murid duduk dengan rapi.

"Pagi, Bu," jawab beberapa murid, karena tidak semua mendengar sapaannya.

"Clara, kamu dikelas ini?" tanya Bu Henny, sambil menunjuk kearah ku.

"Iya Bu," jawabku gugup, disusul kekehan malu.

"Kamu sekelas dengan siapa dari kelas XI IPA 1?"

Aku menengok sekeliling, mencari wajah-wajah teman-temanku, tapi tak satupun yang ku temui.

"Tidak ada, Bu," jawabku pelan.

"Clara ini sama seperti Nadia," ucap Bu Henny lagi sambil menunjuk meja yang ku tempati bersama Nadia.

Bu Henny kembali melanjutkan, "Mereka berdua ini termasuk siswa berprestasi disekolah ini, karena sering mengikuti olimpiade bahasa Inggris sebagai perwakilan dari sekolah kita ini. Kalian pasti sudah kenal, kan?"

"Sudah, Bu!" teriak semua murid dengan semangat.

Aku dan Nadia beradu pandangan sejenak sebelum akhirnya tersenyum canggung. Diperlakukan seperti ini rasanya malu, tetapi disisi lain senang, dan disisi lain tidak enak hati, perasaan itu yang lebih mendominasi.

"Kalau ibu, kalian semua pasti sudah kenal, jadi tidak perlu kenalan lagi, materi kelas sepuluh dan kelas sebelas jelas berbeda dengan kelas dua belas ...."

Bu Henny menjelaskan materi apa saja yang akan dipelajari selama satu tahun kedepan. Kami memperhatikannya dengan seksama.

Tidak terasa waktu bergulir begitu cepat, Bu Henny sudah meninggalkan kelas setelah bel tanda istirahat berbunyi.

Semua murid langsung berdesak-desakan keluar, sementara aku dan Nadia tetap duduk diam memperhatikan mereka.

"Nggak ke kantin, Ra?" tanya Nadia ketika kelas sudah sepi dan hanya tersisa beberapa murid lagi.

"Clara mau ke kantin bareng gue, nggak?" tanya Reza tiba-tiba menyahut.

"Dih, lo nggak di ajak," jawab Nadia membuat Reza mengerutkan keningnya.

"Gue aja ngomong sama Clara, kenapa lo jadi ikutan nyambung?" balas Reza, tidak terima.

"Udah-udah, masa jam istirahatnya mau di pake buat ribut?" sahutku menghentikan perdebatan keduanya.

"Aku emang nggak mau ke kantin, jadi kalian berdua aja, bareng."

Setelah mengatakan kalimat itu, aku melihat Nara melintas di depan mejaku karena memang meja kami ada di barisan paling depan. Tatapannya terlihat seperti sedang kesal entah kenapa.

Sepertinya bukan hanya aku yang menyadari itu, karena setelah Nara menghilang dibalik pintu, Nadia langsung mengatakan, "Tuh Nara cemburu, mampus lo, udah kejar sana," ucapnya mendorong Reza keluar.

"Udah sarapan?" tanya Aldi dari pintu, membuatku menoleh. Senyumku terbit seketika, dia adalah orang yang paling kutunggu sejak tadi.

"Belum!" jawabku semangat.

Aldi menghampiri ku, membawa sebuah kotak makan berwarna pink. Dia menyerahkannya padaku.

Lihat selengkapnya