(B) UTUH

Basmalahku
Chapter #3

Wildan



"Ra?" panggil Nadia membuatku menoleh dari tulisan ku. Aku memang hobi menulis, karena bagiku menulis adalah hal yang menyenangkan karena aku bisa menuangkan semua isi kepalaku melalui tulisan.

"Iya?" jawabku.

"Katanya hari ini ada murid baru, dari ...," Nadia menggantung kalimatnya, mendongak keatas seolah sedang berusaha mengingat sesuatu.

"Darimana ya? Aku lupa, pokoknya gitu deh," sambungnya lagi.

"Ke kelas kita emangnya?" tanyaku meskipun sebenarnya aku tidak terlalu tertarik.

"Iya, ganteng loh, Ra," sambungannya lagi sambil cengengesan tidak jelas.

Beberapa saat kemudian, Pak Harto, wali kelas kami memasuki ruangan bersama seorang murid yang memakai hoodie oversize berwarna mint. Seluruh wajahnya tertutupi oleh topi hoodie nya, dia juga memakai masker. Aku hanya melirik sekilas sebelum akhirnya kembali fokus pada tulisan ku lebih tepatnya karena tidak tertarik.

Nadia langsung menyikutku, "Ra, itu, Ra. Oh my God, idaman gue banget," Nadia berkata dengan suara seperti ingin berteriak namun ditahan.

"Baik anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru, murid pindahan dari SMA unggulan juga, dia sendiri loh yang minta dikelas ini," ucap Pak Harto dengan semangat. "Ayo silahkan perkenalkan diri kamu."

"Hai teman-teman, perkenalkan nama gue Wildan Hamdani, biasa dipanggil Wildan. Alasan saya pindah ke sekolah dan lebih tepatnya ke kelas ini karena disini ada ... Clara."

Aku yang terlalu fokus pada tulisan ku sejak tadi hampir tersedak oleh ludahku sendiri mendengarnya. Aku langsung mendongak melihat siapa yang sudah menyebut namaku itu.

"Hai, Clara!" Wildan melambaikan tangannya kearah ku membuatku langsung mengalihkan pandangan ku kearah lain. Dia lagi.

Oh semesta, kenapa harus kau pertemukan lagi aku dengan makhluk ini? Kau tau dia adalah orang yang paling ku hindari seumur hidupku. Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

"Baik, silahkan duduk di kursi nomor 2 dari depan," perintah Pak Harto yang langsung di turuti Wildan.

Dia duduk tepat di belakangku, aku memutar bola mata jengah, seperti tidak ada tempat lain saja.

"Yah nambah lagi deh saingan gue, Ra. Kita itu jauh banget ya, kayak langit dan bumi-"

"BERISIK!" Satu kelas berteriak memotong ucapan Reza.


______


"Bel pulang lima menit lagi, Ra. Emang mau kemana sih buru-buru gitu?" tanya Nadia heran melihat aku yang mulai memasukkan semua alat tulis ku kedalam tas.

"Mau pulang cepat aja, soalnya udah laper," jawabku cengengesan.

Namun Nadia bukan tipikal orang yang mudah dibohongi, kelihatan sekali dari raut wajahnya.

"Yakin?" tanyanya lagi memicingkan matanya.

"Iyaaa," jawabku mengalihkan pandangan kearah lain.

Setelah bel pulang berbunyi, aku langsung buru-buru keluar kelas. Namun, baru melangkah beberapa langkah,

"Clara, lo pulang bareng gue, gue udah izin sama bunda tadi." Suara Wildan menghentikan langkahku.

Aku menghela nafas sejenak sebelum akhirnya berbalik menghadapnya, "Aku udah ada janji sama Aldi, kamu pulang sendiri aja."

Wildan mengela nafas dan menyugar rambutnya kebelakang dengan jarinya, kelihatan sekali dia tengah menahan kesal.

Lihat selengkapnya