Tok tok tok
"Kak, Wa?"
"Masuk aja, Ca. Pintunya nggak di kunci."
Setelah pintu terbuka, Ica muncul dengan membawa dua buah es krim di tangannya.
"Hari ini kita tidak perlu ke minimarket, Kak. Adek udah beli es krim nya."
"Kamu beli sama siapa? Siapa yang nyuruh kamu keluar sendiri?" Tentu saja aku marah, karena kalau ayah dan bunda tau Ica keluar sendirian aku bisa dimarahin habis-habisan.
"Tadi pas pulang sekolah, adek minta sama supir nya untuk mampir sebentar beli es krim."
"Lain kali jangan di ulangi, ya."
Ia memberikan ku satu es krim dan mulai duduk di dekat jendela.
"Kak?"
"Hem?"
"Bentar lagi adek ulang tahun."
"Terus? Mau minta hadiah?"
"Iya, hadiahnya jalan-jalan ke taman safari, adek pengen liat coboy show, kata temennya adek seru, pengen lihat panda, pengen foto sama monyet, pasti seru banget."
"Kalau mau hadiah yang itu minta sama ayah bukan sama kakak."
"Tapi kakak ikut kan?"
"Kalau di anterin sama supir doang males."
***
"Udah siap semuanya, Kak?" tanya bunda untuk kesekian kalinya memastikan tidak ada barang yang ketinggalan.
"Udah, Bunda."
Mobil pun perlahan bergerak meninggalkan pekarangan rumah. Tidak lupa satpam mengunci pintu gerbang dari luar.
Keluarga ku memang jarang sekali bisa pergi berlibur seperti ini, jadi setiap pergi, asisten rumah tangga termasuk satpam ikut semuanya.
Sepanjang perjalanan Ica tidak berhenti mengoceh, dia memang sedekat itu dengan bunda, sampai duduknya saja harus di belakang sedangkan aku dan ayah duduk di depan.
Sampai di lobby hotel, kami menunggu bunda check in beberapa saat. Tidak lupa Ica ikut mengekori bunda dari belakang.
"Tuh, Kak, lihat adek kamu, masih kecil aja udah mulai genit sama cowok."
Aku melihat arah yang di tunjukkan ayah, terlihat Ica yang tengah salah tingkah sambil mengobrol dengan salah satu pegawai hotel tersebut.
Kalau kata bunda, Ica memang lebih mengerti fashion daripada aku, seperti sekarang, atasan crop dan short pants sangat cocok di tubuhnya, warnanya juga masuk ke kulitnya, tapi bagiku dia menjadi kelihatan jamet karena rambutnya di kucir dan kacamata hitamnya.
Perutku sampai sakit karena terlalu banyak tertawa melihat penampilan serta kelakuan tengil nya, "Anak ayah itu."
"Bukan, anak bunda."
"Bunda dulu gitu ya, Yah?"
"Iya, tanya aja bunda kamu, mantannya banyak," ucap ayah membuat tawa kami kembali menggema.
Hingga akhirnya pintu mobil kembali terbuka, aku dan ayah langsung menatap lurus ke depan, kalau ketahuan lagi ngeledekin bunda, kami bisa di omelin bahkan lebih parahnya di cuekin.
"Huh ... sampai juga." Aku langsung merebahkan tubuhku di tempat tidur.
"Kalau liburan itu ya jalan-jalan, Kak, bukan malah tidur."
"Bodo ah capek, lagian ke tamannya juga besok pagi."