Babad Tanah Majapahit

Ma'arif
Chapter #1

Mukadimah

Singhasari, 1269 Masehi

Singhasari adalah ibu kota sebuah kerajaan besar di tanah jawa kala itu yakni Kerajaan Tumapel. Sebuah kerajaan yang dahulu didirikan oleh seorang tokoh bernama Ken Arok yang menyandang gelar Prabu Sri Rajasa. 

Dahulu ibu kota Kerajaan Tumapel adalah di Kutaraja. Namun, semenjak Tumapel diperintah oleh Prabu Kertanegara ibukota dipindahkan ke Singhasari.

Seiring berjalannya waktu, kota Singhasari justru lebih dikenal oleh banyak orang ketimbang Kerajaan Tumapel itu sendiri. Hingga pada akhirnya, orang-orang mengenalnya dengan sebutan Kerajaan Singhasari bukan Kerajaan Tumapel.

Saat itu kerajaan Singhasari sedang diperintah oleh seorang raja yang bergelar Prabu Kertanegara yakni seorang raja dari wangsa sinelir. wangsa keturunan dari Akuwu Tumapel yang bernama Tunggul Ametung dengan istrinya yang bernama Ken Dedes. Dimana, dahulu Tunggul Ametung tewas dibunuh oleh Ken Arok yang pada waktu itu adalah pengawalnya. Kemudian Ken Arok menikahi Ken Dedes, keturunan mereka kelak disebut sebagai Wangsa Rajasa.

Kerajaan Singhasari ini terletak di tanah Jawa bagian timur, beriklim sejuk dengan pemandangan alamnya yang begitu indah memesona. Karena dari kejauhan tampak berderet dengan eloknya barisan pegunungan Tengger. 

Kerajaan Singhasari ini memiliki istana yang begitu megah dengan benteng-bentengnya yang tinggi berdiri dengan kokohnya mengelilingi istananya. Menandakan bahwa kerajaan ini adalah memang sebuah kerajaan agung.

Saat itu, matahari belum begitu sempurna terbit di ufuk timur. Kabut dingin begitu tebal masih menyelimuti wilayah Singhasari seakan menghalangi netra yang memandang. Dedaunan pepohonannya pun masih dibasahi beningnya embun dingin bak es. Udara begitu terasa membuat seluruh tubuh menggigil menusuk hingga ketulang. 

Namun, di luar benteng istana Singhasari, terlihat sekelompok prajurit berkuda yang sudah berbaris rapih dengan masing-masing dari mereka menyandang senjata lengkap baik pedang maupun tombak dan juga busur panah. 

Di hadapan mereka, terlihat dua orang ksatria tampan berwibawa, duduk di atas kuda hitam legam begitu gagahnya, mereka masing-masing menyandang keris di pinggangnya dan juga busur panah lengkap dengan anak panah di punggungnya. 

Sebelum menggebrak kudanya masing-masing, tampak mereka berbincang-bincang dengan serius dari atas kudanya masing-masing di hadapan para prajurit yang mengiringi mereka.

"Wahai, Raden Wijaya, kali ini kita akan berlatih berburu di mana, Raden?" ucap seorang pria muda yang berumur sekitar tiga puluh tujuh tahunan. Berperawakan tinggi besar lagi berotot. Rambut panjangnya di gelung rapih diikat dengan gelang berwarna kuning keemasan. Ia memakai pakaian berwarna hitam elegant, celana panjang sebatas lutut yang dibebed kain batik berwarna coklat. Ia dikenal dengan nama Banyak Widya, seorang ksatria sekaligus salah satu anggota penasihat termuda di kerajaan Singhasari.

"Kita kali ini akan berburu di hutan dekat dengan daerah pesisir selatan, karena di sana tempatnya sangat bagus untuk berlatih, wilayahnya berupa perbukitan landai, hutannya tidak begitu lebat. Namun, masih dihuni beragam binatang buruan, wahai, Paman Banyak Widya!" ucap pemuda gagah rupawan yang penampilannya tidak jauh berbeda dengan Banyak Widya, rambutnya yang panjang digelung di atas kepalanya diikat dengan gelang berwarna kuning keemasan. Wajahnya tampak jauh lebih muda dari pada Banyak Widya. Ia berusia sekitar dua puluh lima tahunan. Pemuda itu adalah menantu Prabu Kertanegara, Raja Singhasari saat itu. Ia bernama lengkap Sanggramawijaya, yang akrab di panggil Raden Wijaya putra dari Dyah Lembu Tal, keturunan Wangsa Rajasa buyutnya adalah Ken Arok dan Ken Dedes.

Raden Wijaya dan Banyak Widya memang berhubungan dekat karena Banyak Widya adalah pendukung fanatik Wangsa Rajasa, sebab dulu pernah mengabdi kepada pangeran Mahisa Campaka ayah Dari Dyah Lembu Tal yang bergelar Bathara Narasinghamurti ( Ratu Angabhaya Singasari yang memerintah Singhasari bersama Ranggawuni Raja Singhasari yang bergelar Wisnuwardana yang merupakan Wangsa Sinelir keturunan Tunggul Ametung dan Ken Dedes) Sedangkan Bathara Narasinghamurti adalah putra dari Pangeran Mahisa Wong Teleng Adipati Kadiri putra dari Ken Arok dan Ken Dedes. Bukan rahasia umum lagi. Di Kerajaan Singhasari memang ada dua Wangsa yang ikut memerintah jalannya pemerintahan. Yakni Wangsa Rajasa keturunan Ken Arok dan Ken Dedes dan Wangsa Sinelir keturunan dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes.

Setelah mereka berdua bercakap-cakap, tak berapa lama Raden Wijaya dan Banyak Widya menggebrak kudanya masing-masing, lalu di ikuti rombongan prajurit yang mengawal mereka menuju hutan di pesisir selatan Jawa.

Dua hari dua malam mereka menempuh perjalanan dengan berkuda. Sampailah mereka di sebuah tempat yang elok rupawan. Di hadapan mereka tampak terhampar hutan belantara yang begitu luas, terletak di perbukitan pesisir selatan jawa yang konon katanya masih dihuni beragam binatang satwa. Tempat yang tepat untuk berlatih berburu sekaligus melatih ilmu memanah dan ilmu ketangkasan seperti berlari, melompat, menerjang dan lain sebagainya. Selain banyak binatang buruan, hutan tersebut juga panoramanya begitu indah memesona. Selain panorama perbukitan yang hijau, di balik bukit-bukit tersebut terdapat panorama pantai laut selatan yang sangat indah dipandang dari atas bukit.

Setelah mendapati tempat yang cukup lapang yang ditumbuhi rerumputan dan dekat dengan aliran sungai. Mereka pun berhenti dan para prajurit dengan sigapnya mendirikan kemah-kemah untuk tempat berteduh.

Lihat selengkapnya