BABAD TANAH MAJAPAHIT
Fiksi Sejarah
Part 2
Darma Santika
Sedangkan malam itu, di sebuah desa yang terletak di lembah, sedang geger karena salah satu rumah warga desa tersebut disatroni kawanan perampok. Namun para perampok itu berhasil kabur tanpa berhasil membawa barang rampokan karena keburu dipergoki para pendekar penjaga desa.
Sebelum kabur, kawanan perampok tersebut terlibat baku hantam dengan para pendekar penjaga desa. Mereka saling serang, saling menyabetkan pedang, saling tendang, berkelit dan melompat untuk mempertahankan diri masing-masing. Akhirnya kawanan perampok tersebut berhasil dilumpuhkan untuk dibawa ke pendopo desa dan diadili. Sementara yang satu berhasil kabur ditengah kegelapan malam.
Tersebutlah seorang pemuda gagah rupawan dan pemberani berusia sekitar dua puluh tahunan yang bernama Darma Santika salah satu dari anggota penjaga desa yang paling semangat mengejarnya. Penglihatan dan pendengarannya yang tajam dan ilmu kanuragannya yang cukup mumpuni ia menjadi yang paling cekatan bergerak mengejar perampok yang kabur tersebut.
Ketika langkahnya sampai di bibir lembah, Darma Santika mendengar gerakan dan suara seseorang yang sedang mengerang kesakitan.
Lalu diikutilah suara tersebut hingga ia mendapati seorang pria yang posisinya sedang tersangkut di sebuah batang pohon. Darma Santika lalu mendekatinya.
"Wahai, Kisanak! Siapakah engkau? Kenapa engkau ada di situ. Apakah engkau salah satu kawanan perampok yang tadi menyatroni salah satu rumah warga desa kami?" teriak Darma Santika. Melihat sesosok pria yang tersangkut di batang pohon yang tumbuh di bibir bukit.
"Duh, tolonglah saya, wahai, Kisanak! Kaki saya terkilir dan tubuh saya terasa sakit sekali bila di gerakan. Tolonglah saya Kisanak! Percayalah pada saya! Saya bukanlah seperti apa yang engkau sangkakan. Saya Sanggramawijaya, biasa orang memanggil saya dengan sebutan Wijaya! Saya di sini karena tadi terperosok ke lembah ini, saat sedang berburu dan terpisah dari rombongan" ucap pria tersebut yang ternyata adalah Raden Wijaya. Sambil mengerang kesakitan.
"Bohong! Saya tidak percaya! Engkau pasti salah satu dari kawanan mereka. Saya akan membawamu ke pendopo desa untuk segera diadili dan mempertanggungjawabkan perbuatanmu!" bentak Darma Santika.