"Raden ... Raden! Hamba sudah mendapatkan dedaunan untuk ramuan obat, Raden!" panggil Darma Santika ketika sudah masuk ke dalam rumahnya.
Terdengar suara terbatuk-batuk dari arah kamar. Bergegas Darma Santika menuju kamar, ia lihat tampak Raden Wijaya masih terkulai lemas.
"Raden, tidak apa-apa?" tanya Darma Santika setelah berada di samping pembaringan Raden Wijaya.
"Tidak apa-apa kok, cuma tulang-tulang tubuhku terasa ngilu sekali khususnya di bagian dada," jelas Raden Wijaya.
"Sebentar, ya, Raden! Hamba mau membuat ramuan obat dulu," ucap Darma Santika sambil berlalu dari kamar. Ia lalu mencari-cari alat penumbuk ramuan.
Tak berapa lama kemudian, Darma Santika sudah kembali dengan membawa sebuah periuk tanah, tangannya lalu mengambil ramuan berupa tumbukan dedaunan yang sudah halus dari dalam Periuk tersebut.
"Maaf Raden, coba buka bajunya Raden, biar hamba balurkan ramuan ini di dada Raden," pinta Darma Santika kepada Raden Wijaya.
Kemudian setelah terbuka pakaiannya, dibalurkannya ramuan itu di dada Raden Wijaya.
"Terasa hangat Darma, ramuan apa ini yang engkau buat?" tanya Raden Wijaya.
"Ini dari dedaunan obat dan juga berbagai rimpang yang hamba tumbuk halus. Gunanya buat meringankan rasa ngilu dan sakit sekaligus penyembuhan dari luar. Prosesnya gak langsung sembuh, tetapi bertahap, makanya harus rutin memakainya setiap hari. Ramuan ini juga nanti untuk obat mengurut kaki Raden yang terkilir. Setelah itu, nanti Raden minum ramuan obat yang hamba buat. Di minum rutin pagi, siang dan menjelang malam," jelas Darma Santika.
"Terimakasih banyak Darma, saya sangat berhutang budi sama engkau, Darma" ucap Raden Wijaya.
"Jangan dipikirkan Raden, sekarang fokus saja pada penyembuhan. Setelah penyembuhan, baru pemulihan. Ini prosesnya tidak cukup tiga atau empat hari tapi mudah-mudahan menjelang tujuh hari, jika Raden rutin membalur ramuan ini dan meminum obat ramuan yang saya buat, mudah-mudahan kondisi Raden akan pulih kembali. Ramuan ini adalah warisan kakek hamba Raden, karena kakek hamba dulu juga seorang tabib desa," jelas Darma Santika sambil mengurut kaki Raden Wijaya.
"Addaww!" Teriak Raden Wijaya
"Maaf, Raden! Sakit yah? Tahan saja dulu sakitnya Raden, karena kondisi otot -ototnya harus di kembalikan seperti sedia kala, makanya terasa sakit. Siap, ya, raden, untuk pengurutan tahap selanjutnya. Ini akan lebih sakit lagi," jelas Darma Santika.
"Tidak apa-apa Darma! Lanjutkan proses urutnya," ucap Raden Wijaya.
Addaww!
Aaaargghh!
Aaarrghh .....
Raden Wijaya terus berteriak lirih kadang mengerang menahan sakit saat proses pengurutan untuk perbaikan kembali otot-ototnya dan tulang-tulang nya yang sudah tidak pada tempatnya.
Hampir dua jam proses pengobatan Raden Wijaya dan selama itu pula Raden Wijaya berteriak dan mengerang lirih menahan sakit.
"Bagaimana Raden? Rasanya sekarang?" tanya Darma Santika setelah menyudahi pengobatannya.
"Lumayan ringan sekarang gerakan tubuhku. Meski masih ada yang nyeri bila di gerakan," jelas Raden Wijaya.