"Bagaimana wahai Darma Santika, apakah engkau bersedia diangkat menjadi pengawal pribadi Raden Wijaya?" tanya Banyak Widya. Ketika Darma Santika masih tampak diam berfikir.
"Baiklah Raden, hamba bersedia dan siap menjadi pengawal dan pelindung engkau," ucap Darma Santika dengan mantap.
"Terima kasih banyak Darma, akhirnya engkau bersedia bersama saya. Saya percaya sepenuhnya bahwa engkau orang yang menjunjung tinggi kesetiaan, bertanggung jawab. Berdedikasi tinggi. Setelah bersama saya nanti engkau juga akan belajar banyak di istana. Baik tentang kepemimpinan, intelegen, politik dan olah kanuragan. Saya yakin engkau mampu dan kelak akan menjelma menjadi seorang ksatria tangguh yang handal," ucap Raden Wijaya dengan mantap.
"Terimakasih, Raden! Atas kepercayaannya kepada hamba," ucap Darma Santika.
"Lalu engkau, wahai Mahesa! Apakah engkau juga bersedia ikut dengan kami ke Singhasari, untuk menjadi seorang prajurit?" ucap Banyak Widya, sambil berpaling ke arah Mahesa dengan tajam penuh keseriusan. Seketika Mahesa terbengong mendengar tawaran yang tidak ia duga sama sekali.
"Hamba, Raden? Apakah hamba tidak salah dengar, Raden?" ucap Mahesa keheranan sambil menoleh ke arah Raden Wijaya.
"Tidak, Mahesa! Kami juga memilihmu untuk menjadi prajurit kepercayaan kami! Apakah engkau bersedia?" tanya Banyak Wide lagi.
"Tapi kemampuan olah kanuragan hamba belum begitu mumpuni," ucap Mahesa.
"Masalah itu nanti engkau akan terasah dengan sendirinya, ketika sudah berada di lingkungan istana. Engkau sudah memiliki dasar yang kuat, tinggal mengolah dan mengasahnya," ucap Raden Wijaya kepada Mahesa.
"Jujur saja, hamba sudah sering berangan-angan ingin menjadi prajurit suatu saat. Dan itu sudah pernah hamba utarakan kepada ayahanda. Jadi hamba katakan, bersedia Raden," ucap Mahesa mantap.
"Bagus, Mahesa! Saya yakin, kelak engkau juga akan menjadi seorang prajurit ksatria, asal engkau memiliki kemauan untuk belajar," jelas Banyak Widya.
"Baiklah, jika begitu, malam ini juga, hamba akan sampaikan kabar gembira ini kepada ayahanda," ucap Mahesa dengan mantap.
"Silahkan, Mahesa! Kami berharap Ki Demang setuju jika engkau ikut bersama kami," ucap Raden Wijaya.
"Hamba yakin ayahanda setuju dengan keputusan ini. Karena beliaulah yang pernah mengatakan kepada hamba untuk menjadi seorang prajurit," ucap Mahesa dengan mantap.
"Kalau begitu, silahkan, Mahesa! Sampaikan kabar ini kepada Ki Demang. Jika setuju, lusa kita berangkat ke Kotaraja Singhasari," ucap Raden Wijaya.
"Baiklah, Raden! Tuan Banyak Widya! Hamba pamit sekarang juga untuk menemui ayahanda untuk memohon restu kepada ayahanda dan ibunda hamba," ucap Mahesa sambil berdiri dari duduknya.
"Silahkan, Mahesa," ucap Raden Wijaya.
Mahesa pun berlalu dari mereka kemudian menaiki kudanya, lalu memacunya menuju rumahnya. Meninggalkan Raden Wijaya, Banyak Widya dan Darma Santika yang masih melanjutkan obrolan. Sembari memberikan petuah-petuah dan petunjuk kepada Darma Santika nantinya.
*****