BABAD TANAH MAJAPAHIT
Bab 10
"Kita beristirahat di sini Raden," ajak Banyak Widya setelah mereka berjalan cukup jauh lalu mendapati sebuah gubug kosong cukup besar di tengah persawahan penduduk.
"Tidak mengapa, Paman, lumayan luas untuk kita bertujuh duduk beristirahat sejenak," ucap Raden Wijaya.
Setelah itu turunlah Raden Wijaya dari kudanya di ikuti Darma Santika, Mahesa, Banyak Widya dan ketiga pemuda yang belum lama bergabung tersebut.
"Dimas Lembu Sora, coba ceritakan bagaimana mana kalian bisa ada disini," ucap Banyak Widya kepada pemuda yang di panggil Lembu Sora tersebut, setelah mereka duduk melingkar di balai-balai gubuk tempat mereka beristirahat. Sambil menikmati makanan yang belum sempat mereka santap sedari tadi.
"Begini Kang Mas, setelah prajurit yang mengiringi Kang Mas dan Raden Wijaya pulang ke istana tanpa bersama kalian. Kami bertiga sangat khawatir dengan keadaan Raden Wijaya dan Kang Mas."
"Makanya kami bertiga sepakat segera menyusul untuk mencari Kang Mas dan Raden Wijaya dengan Sebelumnya bertanya kepada para prajurit yang tempo hari mengawal Kang Mas dan Raden Wijaya."
"Kemudian ditengah perjalanan tadi kami mendengar suara kegaduhan seperti sebuah pertarungan. Setelah kami amati ternyata adalah Kang Mas bersama Raden Wijaya sedang dikepung Warok Ireng tadi," jelas pemuda yang dipanggil Lembu Sora oleh Banyak Widya tersebut. ia merupakan adik dari istri Banyak Widya usianya sekitar sekitar tiga puluh tahun. Berbadan kekar dengan rahang menonjol tegas. Tampak gagah apalagi memakai aksesoris baju besi bangsawan kerajaan.
"Romo, ananda juga mau mengabarkan bahwa situasi istana semakin memanas," lanjut seorang remaja yang di panggil Ronggolawe. Remaja yang beranjak dewasa dan cerdas. Ia adalah putra Banyak Widya adik Ken Nambi. Ketangkasan dan kecerdasan berpolitiknya begitu mirip ayahandanya Banyak Widya.
"Memanas bagaimana, Ronggo?" sela Raden Wijaya yang sedari tadi terdiam mendengar percakapan Banyak Widya dan Ken Sora.