Langit di ufuk timur tampak mulai menguning. Pertanda sang mentari segera menyapa seluruh makhluk bumi. Memberikan kehangatan setelah dinginnya malam menyelimuti.
Tampak enam pemuda gagah dengan rambut panjangnya sebagian tergerai hingga punggung, sebagian di gelung di atas kepalanya dengan di hias gelang kuning keemasan. Memakai kain warna merah marun elegant dengan kain terbaik yang selempangkan dari pinggang hingga pundak. Pinggangnya dibebat batik terbaik yang membungkus hingga sebatas lutut menutupi sebagian celana panjang berwarna hitam.
Sedangkan dua orang lagi yang tak kalah gagahnya berada dibelakang mereka memakai kain bebat batik tipis sederhana dengan celana komprang dan baju lengan pendek sebatas pergelangan bahu yang satu berwarna putih kusam, yang satu berwarna hitam. Keduanya berambut panjang tergerai hingga berkibar-kibar saat di terpa angin, memakai ikat kepala berwarna senada dengan warna pakaian masing-masing. Mereka berbaris beriringan memacu kudanya memasuki gerbang ibu kota Singhasari.
Meski tampak tersirat lelah di wajah mereka masing-masing. Namun, tak mengurangi kewibawaan dan kegagahan mereka. Hampir dua hari mereka menempuh perjalanan hingga akhirnya sampai di istana Singhasari.
Ketika mereka memasuki gerbang benteng istana Singhasari tampak beberapa prajurit penjaga gerbang langsung menyatukan kedua telapak tangannya di atas kening mereka sambil menunduk.
"Paman Banyak Widya, terima kasih banyak telah menemani perjalanan saya," ucap Raden Wijaya kepada Banyak Widya setelah mereka sampai di persimpangan jalan di dalam areal istana Singhasari yang begitu luasnya.
"Sama-sama Raden. Hamba juga berterima kasih telah di izinkan mendampingi Raden selama ini. Kini tampaknya kita berpisah di sini untuk menuju kediaman masing-masing," ucap Banyak Widya dengan posisi saling berhadapan di atas kudanya masing-masing.
"Oya, untuk Darma Santika dan Mahesa akan tinggal bersama saya sebelum mereka menikah dan mendapatkan tempat tinggal di lingkungan istana. Nanti mereka masing-masing akan menempati kamar bagian luar yang menghadap halaman dekat dengan pendopo rumah saya. Karena melihat suasana yang mulai tidak kondusif di istana, saya sangat membutuhkan mereka untuk selalu berdekatan dengan saya " ucap Raden Wijaya.
"Betul Raden, hamba sangat setuju sekali Raden. Karena dengan begitu mereka bery bisa sekaligus menjadi pengawal pribadi Raden. Baiklah Raden! Kita berpisah di sini. Esok lusa kita bertemu kembali untuk bersama mengunjungi Mpu Raganatha dan Resi Santasmerthi" ucap Banyak Widya sambil memberikan salam hormat dengan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Raden Wijaya di ikuti Ken Sora, Ken Nambi dan Ken Ronggo.
Sementara Raden Wijaya memacu kudanya berlawanan arah dengan mereka berempat lalu diikuti oleh Darma Santika dan Mahesa.
****
Sementara di istana Singhasari, kepulangan Raden Wijaya dan Banyak Widya sudah terdengar sampai di telinga Prabu Kertanegara. Terlihat prabu Kertanegara bersama patih baru pilihannya dan penasihat kepercayaannya sedang berkumpul di balairung istana Singhasari.
"Mpu Dewangga! barusan saya mendapatkan laporan jika Banyak Widya dan menantu saya Wijaya barusan sampai. Lekas engkau suruh beberapa prajurit untuk mengundang mereka untuk hadir esok pagi di pendopo istana," ucap Prabu Kertanegara kepada patih barunya.
"Sendiko dawuh Gusti Prabu, hamba nanti akan mengirimkan prajurit untuk menyampaikan undangan kepada mereka," ucap Mpu Dewangga sambil menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya.