Babad Tanah Majapahit

Ma'arif
Chapter #12

Tersingkirnya Banyak Widya dari Singhasari

Mendung tampak bergelayut pagi itu menyelimutinya langit Singhasari. Hujan rintik-rintik mulai turun melembabkan tanah Singhasari.

Namun tak menyurutkan Raden Wijaya berjalan menuju gedung pertemuan pendopo Istana Singhasari. 

Meskipun masih sangat muda umurnya. Namun, Raden Wijaya tampak berwibawa dengan rambutnya yang di gelung di atas kepalanya, dihiasi ikat kepala yang terbuat dari besi mulia bertahtakan batu permata, tersemat melingkari kepalanya. Dadanya berhias pakaian besi berkilauan keemasan menambah ketampanan dan kewibawaan Raden Wijaya. Memakai kain bebet batik warna coklat dipinggangnya dan terselip sebuah keris dipinggang bagian belakang. Kakinya beralaskan sepatu kulit berkualitas tinggi, hingga suara langkahnya terdengar menggema menapaki lantai koridor istana. 

Darma Santika dan Mahesa mengiringi Raden Wijaya. Penampilan mereka juga sudah berbeda. Darma Santika terlihat lebih gagah dengan rambutnya yang panjang sebagiannya tergerai di punggungnya yang kekar. Sebagian lagi ia gelung di atas kepalanya yang diikat dengan gelang putih keperakan. Dahinya dihias ikat kepala kain batik warna coklat. Di lehernya menggantung hingga dada aksesoris tali selempang berwana keperakan sebagai tanda bahwa ia prajurit pengawal panglima kerajaan. Di dadanya juga terselempang kain berwarna abu-abu yang di sampirkan di bahu kanannya. Pinggangnya di bebet kain batik berwarna serupa ikat kepalanya hingga menutupi sebagian celana panjang sebatas lutut. Memakai sepatu kulit khas kerajaan Singhasari. Terselip sebuah keris di pinggangnya dan di punggungnya tersemat sebuah pedang. Tali kulit pengikat warangkanya terselempang di dadanya, Begitu juga dengan penampilan Mahesa yang tidak jauh berbeda dengan Darma Santika perbedaannya hanya warna kain yang di gunakan Mahesa berwarna biru tua. 

Iring-iringan tiga pemuda gagah tersebut kerap menjadi pusat perhatian para prajurit dan dayang-dayang yang kebetulan berpapasan. Mereka begitu terkesima melihat kegagahan mereka bertiga.

Sebelum mereka sampai di pendopo. Mereka berpapasan dengan Banyak Widya. Berbincang-bincang sebentar. Kemudian secara bersamaan masuk ke pendopo gedung pertemuan untuk memenuhi undangan Prabu Kertanegara.

Tampak Prabu Kertanegara sudah duduk di singgasananya dengan gagahnya. Di samping sebelah kanan agak maju sedikit, duduk di kursi Patih Singhasari seorang pria setengah baya pengganti Patih Mpu Raganatha. Di samping kirinya agak maju, seorang kakek tua berjenggot putih panjang duduk di kursi kebesaran sebagai pendeta kerajaan. Kemudian berjejer ke depan para penasihat kerajaan dan hulubalang hingga Senopati.

Raden Wijaya duduk di kursi kebesaran seorang panglima kerajaan di samping Patih Singhasari. Sedangkan Banyak Widya duduk di kursi para penasehat kerajaan diurutan akhir sederet dengan pendeta kerajaan.

Lihat selengkapnya